INDONESIAONLINE – Di bawah langit Eropa yang mulai diselimuti hawa musim gugur, sebuah drama sepak bola siap menyingkap tirainya. Bukan sekadar laga, melainkan sebuah epik yang mempertemukan tradisi kokoh Italia dengan gairah membara Jerman: Juventus kontra Borussia Dortmund, panggung pembuka Liga Champions 2025-2026.
Namun, di antara gemuruh ekspektasi, terselip sebuah pertanyaan yang menggantung, sehalus embun pagi di Delle Alpi: akankah sang juru gedor utama Dortmund, Serhou Guirassy, hadir sebagai orkestrator atau hanya bayangan di bangku cadangan?
Kabar baik berembus dari Westfalenstadion, seolah angin sejuk menepis kekhawatiran. Penyerang subur berusia 29 tahun itu, yang bahunya sempat bermasalah usai membantu Dortmund menaklukkan FC Heidenheim 2-0 di Bundesliga akhir pekan lalu, dilaporkan Bild dan WAZ telah berlatih normal pada Minggu (14/9).
Sebuah optimisme merekah, bahwa cedera ringan yang semula dicurigai sebagai hematoma—memar yang bisa mengganggu pergerakan—tak akan merenggutnya dari panggung Eropa.
Tim medis Dortmund, dengan pandangan klinis yang jeli, meyakini ia akan menjadi bagian dari rombongan yang terbang ke Italia, siap bertarung di Stadion Allianz pada Selasa, 16 September 2025 (Rabu dini hari, pukul 02.00 WIB).
Namun, sepak bola adalah teater ketidakpastian. Keputusan final, seperti nasib di medan perang, akan diambil setelah sesi latihan terakhir pada Senin siang waktu setempat. Setiap sentuhan bola, setiap lompatan, akan dievaluasi dengan cermat.
Bisikan keraguan masih menguar: jika Guirassy tak bisa bermain, pelatih Niko Kovac harus memutar otak, meracik ulang formasi serangan. Karim Adeyemi dan Maximilian Beier kemungkinan akan diplot di lini depan, didukung oleh kreator Julian Brandt, sementara Fabio Silva masih berjuang menemukan sentuhannya. Sebuah skenario yang tak diinginkan, mengingat vitalitas Guirassy bagi Die Borussen.
Pesona Guirassy: Sang Pencetak Gol yang Konsisten
Kehadiran Guirassy di Dortmund sejak Juli 2024 dari VfB Stuttgart adalah lebih dari sekadar transfer. Ia adalah manifestasi dari ketajaman yang konsisten, sebuah anugerah bagi tim yang selalu mencari mesin gol. Musim ini, rekornya berbicara: gol dalam empat pertandingan resmi Dortmund sejauh ini, termasuk gol pembuka nan krusial ke gawang Heidenheim pada menit ke-33.
Ini bukan fenomena sesaat, melainkan puncak dari perjalanan performa yang memukau. Musim lalu, ia berhasil mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak Liga Champions dengan 13 gol dari 14 pertandingan.
Angka itu bukan hanya statistik, melainkan sebuah pengingat akan kehebatannya, menyamai rekor klub yang pernah diukir oleh legenda sekaliber Robert Lewandowski dan Erling Haaland. Sebuah pencapaian yang menempatkannya di jajaran elite striker Eropa.
Benteng Juventus di Bawah Komando Tudor
Di sisi lain lapangan, menanti adalah Juventus yang kokoh, dibentengi oleh taktik pragmatis nan efektif di bawah arahan pelatih Igor Tudor. Sejak mengambil alih kendali, Tudor telah menyuntikkan disiplin pertahanan yang membuat Bianconeri menjadi salah satu tim paling sulit ditembus di Serie A dan Eropa.
Statistik menunjukkan, di bawah Tudor, Juventus hanya kebobolan rata-rata 0.8 gol per pertandingan di kandang dalam kompetisi Eropa musim lalu, sebuah benteng yang tak mudah digoyahkan. Pertahanan baja mereka akan menjadi ujian sesungguhnya bagi lini serang Dortmund, dan ketiadaan Guirassy akan menjadi kerugian tak ternilai.
Kekuatan fisik, kecepatan, dan insting gol Guirassy adalah kunci untuk membuka gembok pertahanan Juventus. Tanpa dirinya, tugas itu akan terasa jauh lebih berat.
Pertandingan ini bukan hanya tentang tiga poin. Ini tentang pernyataan, tentang ambisi di panggung tertinggi. Bagi Dortmund, ini adalah kesempatan untuk mengukur diri di awal musim, dan kehadiran Guirassy adalah separuh dari cerita itu. Bagi Juventus, ini adalah peluang untuk menegaskan dominasi di kandang sendiri.
Saat malam tiba di Turin, dan jutaan pasang mata tertuju pada duel raksasa ini, satu hal yang pasti: takdir Serhou Guirassy akan menjadi salah satu benang merah terpenting dalam narasi pembuka Liga Champions 2025-2026.
Akankah ia menjadi pahlawan yang dinanti, ataukah bayang-bayang cedera akan merenggutnya dari takdir yang telah menunggu? Pertanyaan ini akan terjawab di atas rumput hijau, di mana sepak bola bukan hanya sekadar permainan, melainkan sebuah puisi yang terukir dari keringat, harapan, dan ketidakpastian.