Lewotobi Laki-laki Awas: Flores Timur Siaga Penuh Hadapi Potensi Erupsi

Lewotobi Laki-laki Awas: Flores Timur Siaga Penuh Hadapi Potensi Erupsi
Gunung Lewotobi Laki-Laki meletus pada Jumat (19/9) malam. Status Gunung Lewotobi Laki-laki dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) (pga lewotobi laki-laki)

Status Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur naik ke Level IV Awas mulai 19 Sept 2025. Peningkatan aktivitas, inflasi tubuh gunung, dan gempa signifikan jadi pemicu.

INDONESIAONLINE – Warga Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan menyusul kenaikan status Gunung Lewotobi Laki-laki dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas). Keputusan krusial ini diambil oleh Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Jumat, 19 September 2025, pukul 21.00 WITA, menyusul serangkaian peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan.

Peningkatan status ini bukan tanpa alasan. Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam keterangannya Sabtu (20/9/2025), menjelaskan bahwa hasil analisis komprehensif dari pemantauan visual dan instrumental menunjukkan anomali yang perlu diwaspadai sejak 11 September 2025.

Indikator Peningkatan Aktivitas yang Memicu Status Awas

Secara visual, gunung api setinggi 1.703 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memang kerap diselimuti kabut, namun asap putih dari kawah utama terpantau membumbung dengan intensitas bervariasi, mencapai ketinggian 50 hingga 1.000 meter dari puncak. Catatan Badan Geologi menunjukkan angin di area puncak kerap bertiup kencang, menyebarkan material vulkanik ke berbagai arah.

Data kegempaan menjadi sorotan utama. Selama periode pemantauan 11-19 September 2025, tercatat serangkaian aktivitas seismik yang mengkhawatirkan:

  • Guguran: 6 kali

  • Embusan: 40 kali

  • Harmonik: 1 kali

  • Tremor non-harmonik: 197 kali

  • Frekuensi rendah: 31 kali

  • Vulkanik dalam: 46 kali

  • Tektonik lokal: 13 kali

  • Tektonik jauh: 43 kali

Yang paling mencolok, pada 19 September 2025, terjadi peningkatan drastis jumlah gempa frekuensi rendah yang kemudian diikuti oleh erupsi dengan tinggi kolom abu mencapai 500 hingga 1.000 meter.

“Pada pukul 21.58 Wita, erupsi menerus mulai terekam,” terang Wafid.

Deformasi Tubuh Gunung: Indikasi Potensi Erupsi Lebih Besar

Selain aktivitas kegempaan, pemantauan deformasi menggunakan tiltmeter dan GNSS (Global Navigation Satellite System) juga mengindikasikan pola inflasi atau “pengembungan” tubuh gunung secara perlahan. Data ini sangat krusial karena inflasi menunjukkan adanya akumulasi magma di bawah permukaan, berpotensi memicu erupsi eksplosif atau efusif dalam waktu dekat.

“Pola inflasi menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik lebih dominan terjadi pada kedalaman dangkal, sebuah kondisi yang patut diwaspadai karena berpotensi memicu erupsi,” tambah Wafid.

Kenaikan status menjadi Level IV (Awas) berarti ancaman bahaya letusan dapat mengancam permukiman di sekitar gunung. Radius bahaya biasanya diperluas pada level ini, mengacu pada pengalaman erupsi gunung api lainnya.

Sebagai contoh, saat Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta naik status menjadi Awas, zona bahaya ditetapkan hingga radius 5 km dari puncak, dan bahkan bisa lebih jauh tergantung karakter letusan.

Masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius yang akan segera ditetapkan oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Mewaspadai bahaya sekunder seperti aliran lahar dingin jika terjadi hujan lebat di sekitar puncak pasca-erupsi, mengikuti instruksi dari pemerintah daerah dan BPBD setempat, serta mempersiapkan diri untuk kemungkinan evakuasi jika diperlukan.

Pemerintah daerah bersama BPBD Kabupaten Flores Timur dan instansi terkait diharapkan segera mengaktifkan posko siaga darurat, menyiapkan jalur evakuasi, serta memastikan logistik dan tempat penampungan aman bagi masyarakat terdampak. Kesiapsiagaan penuh adalah kunci untuk meminimalisir risiko bencana.