Wali Kota Malang Wahyu Hidayat apresiasi OJK dalam perkuat literasi keuangan mahasiswa. Seminar di UB ungkap 11% penipuan finansial, pentingnya edukasi preventif dan peran kampus lawan kejahatan finansial digital.
INDONESIAONLINE – Gelombang investasi bodong dan penipuan finansial digital kian marak, menargetkan salah satunya segmen rentan: mahasiswa. Menanggapi fenomena ini, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menyatakan apresiasi tinggi terhadap inisiatif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang dalam memperkokoh benteng literasi finansial di kalangan akademisi.
Bertempat di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya pada Senin (6/10/2025), seminar Nasional “Financial Literacy for Youth” yang dihelat OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sorotan. Wahyu Hidayat menegaskan, pemahaman finansial yang matang adalah pondasi krusial bagi generasi muda untuk mengelola keuangan secara bijak dan imun terhadap godaan skema penipuan.
“Mahasiswa, khususnya mereka yang merantau dan hidup mandiri, seringkali diberi kepercayaan mengelola uang sendiri tanpa bekal literasi yang memadai. Kegiatan edukasi ini sangat esensial untuk membekali mereka agar dapat mengelola keuangan secara bijak,” ungkap Wahyu, menekankan bahwa kemampuan mengatur finansial adalah modal awal karier cemerlang.
Alarm Merah Penipuan Finansial
Data yang diungkap Wali Kota Malang cukup mencengangkan. Dari 1.700 pengajuan kasus keuangan yang diterima, sekitar 11 persen di antaranya teridentifikasi sebagai kasus penipuan. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan alarm keras bahwa edukasi keuangan harus diperkuat secara masif, terutama di lingkungan kampus yang menjadi kawah candradimuka para calon profesional.
Berdasarkan laporan OJK, kerugian akibat investasi ilegal di Indonesia mencapai angka fantastis, bahkan pada tahun 2022 saja, Satgas Waspada Investasi (SWI) telah menghentikan lebih dari 800 entitas investasi ilegal dengan potensi kerugian triliunan rupiah. Mahasiswa, dengan keterbatasan pengalaman dan godaan imbal hasil instan, seringkali menjadi sasaran empuk.
“Jangan sampai anak-anak mahasiswa yang sedang semangat menata masa depan ini justru terjebak dalam penyalahgunaan keuangan. Maka, langkah OJK Malang yang turun langsung memberikan edukasi dan pendampingan ini patut kita dukung sepenuhnya,” tegasnya.
Wahyu Hidayat mendorong pendekatan yang lebih preventif dan rasional dalam menghadapi persoalan keuangan. Ia mengimbau agar masyarakat, khususnya mahasiswa, tidak panik atau mengambil keputusan terburu-buru saat dihadapkan pada masalah finansial, melainkan berkonsultasi dengan pihak yang kompeten seperti OJK.
“Pendekatannya jangan langsung emosi atau reaktif. Jika ada masalah, konsultasikan dengan OJK. Di perguruan tinggi, ‘Pojok Literasi Keuangan’ yang kini ada di tiap fakultas harus dimanfaatkan sebagai ruang belajar dan konsultasi,” jelasnya, merujuk pada inisiatif OJK dan berbagai kampus untuk menyediakan physical touchpoint bagi mahasiswa.
Literasi Finansial: Tanggung Jawab Kolektif
Selain mahasiswa, Wali Kota juga menyoroti pentingnya edukasi literasi keuangan bagi segmen lain, termasuk ibu rumah tangga. Ia menekankan bahwa keluarga adalah sekolah pertama dalam mengenalkan cara mengatur uang kepada anak, menjadikan peran ibu sangat vital dalam membentuk kebiasaan finansial yang sehat sejak dini.
Data dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2022 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 49,68%, sementara tingkat inklusi keuangan mencapai 85,10%. Angka ini menunjukkan masih ada gap yang signifikan antara akses ke produk keuangan dengan pemahaman yang memadai.
“Ibu-ibu juga punya peran besar sebagai contoh pertama dalam keluarga soal cara bijak mengelola uang. Namun, untuk anak muda, ini adalah momentum emas. Karier cemerlang seringkali bermula dari kemampuan mengatur keuangan dengan baik,” tambahnya.
Dengan sinergi kuat antara pemerintah kota, OJK, dan institusi pendidikan, diharapkan literasi keuangan tidak lagi hanya menjadi wacana, melainkan gaya hidup baru bagi generasi muda. Sebuah gaya hidup yang menuntun pada kesadaran finansial, kecerdasan dalam mengambil keputusan, dan ketahanan terhadap berbagai godaan penipuan di era digital yang semakin kompleks (ar/dnv).