INDONESIAONLINE – Pelaksanaan hari pertama International Youth-Enhance Study (I-YES) 2025 yang digelar Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berlangsung penuh semangat. Kegiatan bertema “Indonesia Insight” pada Senin (27/10) tersebut memberikan pengalaman budaya yang mengesankan bagi para peserta internasional.
Dipandu oleh Miftahul Huda MPd PhD, sesi ini mengajak peserta mengenal lebih jauh keberagaman budaya dan karakter bangsa Indonesia. Tak hanya melalui penyampaian materi, kegiatan juga dikemas dalam bentuk interaktif yang memadukan pembelajaran dan hiburan.
Kemeriahan semakin terasa saat peserta berpartisipasi dalam kuis dan permainan tradisional. Mereka diuji wawasan seputar Indonesia sekaligus diajak bekerja sama dalam tim. Suara tawa dan sorak-sorai memenuhi ruangan setiap kali satu kelompok berhasil menyelesaikan tantangan dengan baik.
Salah satu peserta asal Pakistan, Bilal Waheed, mengaku terpesona oleh kekayaan budaya Indonesia. “Saya sangat kagum melihat keberagaman budaya yang hidup berdampingan dengan damai. Permainannya juga menyenangkan dan membuat kami belajar sambil tertawa,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Md. Rizwan Khan dari India menilai pengalaman tersebut begitu berkesan. “Kegiatan ini luar biasa. Kami belajar banyak hal tentang Indonesia dalam suasana yang hangat dan bersahabat,” katanya.
Melalui program ini, I-YES 2025 kembali menunjukkan perannya sebagai wadah internasional yang tidak hanya memperluas wawasan akademik, tetapi juga mempererat hubungan antar-bangsa serta menumbuhkan pemahaman budaya global. Antusiasme para peserta menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas budaya dapat memperkuat toleransi dan rasa persaudaraan di kalangan generasi muda dunia.
Menyusuri Pesona Malam di Kayutangan Heritage
Menutup hari pertama Humaniora International Youth-Enhance Study (I-YES) 2025, para peserta internasional menikmati pengalaman budaya yang tak terlupakan melalui kunjungan ke Kampung Kayutangan Heritage, kawasan bersejarah yang menjadi ikon Kota Malang.

Dalam suasana santai, peserta berjalan menyusuri gang-gang sempit yang sarat nilai historis. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu pemukiman tertua di Malang dengan deretan rumah bernuansa kolonial yang masih terawat dan menyimpan kisah panjang perjalanan kota.
Beberapa titik penting di Kayutangan Heritage turut disambangi. Antara lain makam Mbah Honggo, Kuburan Tandak, langgar tua, Pasar Talun, hingga terowongan peninggalan kolonial. Setiap lokasi memberikan cerita berbeda yang memperkaya pengetahuan peserta tentang sejarah dan budaya masyarakat setempat.
Kini, Kayutangan Heritage juga tumbuh sebagai kawasan ekonomi kreatif yang mempertahankan jati diri budaya lokal. Bangunan-bangunan kuno dimanfaatkan sebagai ruang wisata penuh nilai estetika, mulai dari spot foto bertema klasik, galeri kamera lawas, hingga toko produk kreatif khas Malang.
Ketika malam tiba, cahaya lampu-lampu jalan dan mural warna-warni di sepanjang kanal menciptakan suasana hangat dan menawan. Peserta juga berkesempatan mencicipi kuliner khas Malang, yakni nasi rawon, di Rumah D’Penghulu -bangunan berarsitektur klasik yang berdiri sejak 1920.
Peserta asal Ethiopia, Mohammed Ibrahim, mengungkapkan kekagumannya. “Kampung ini sangat unik dan indah. Saya belum pernah menemukan tempat seperti ini di negara mana pun,” ujarnya.
Kegiatan diakhiri dengan waktu istirahat dan salat Magrib bersama, menegaskan nilai spiritual dan kebersamaan dalam perjalanan budaya tersebut.
Melalui kunjungan ini, I-YES 2025 berhasil memperkenalkan kekayaan budaya Kota Malang sekaligus mengajarkan pentingnya menjaga warisan sejarah di tengah arus modernisasi. (hsa/hel)













