S2 Biomedik UIN Maliki Malang: Pikat Mahasiswa via Panggung Sains, Bukan Janji

S2 Biomedik UIN Maliki Malang: Pikat Mahasiswa via Panggung Sains, Bukan Janji
Tangkapan Layar Kegiatan Islamic Health and Biomedical Advancement (IHYA) 2025 Series 2 yang digelar FKIK UIN Maliki Malang (Ist)

FKIK UIN Maliki Malang mengambil langkah antitesis dalam mengenalkan S2 Ilmu Biomedik. Bukan lewat iklan, melainkan pembuktian riset lewat forum IHYA 2025 Series 2 yang mengupas tuntas sains dan integrasi halal.

INDONESIAONLINE – Di tengah riuh rendah promosi pendidikan tinggi yang sering kali terjebak pada perang visual brosur mengilap dan jargon manis, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang memilih jalan sunyi namun menghunjam tajam.

Mereka menolak meninabobokan calon mahasiswa dengan janji fasilitas semata. Sebaliknya, institusi ini memilih untuk menelanjangi “dapur” ilmiah mereka ke hadapan publik, sebuah langkah berani yang menandai era baru transparansi akademik.

Langkah strategis ini terwujud dalam gelaran Islamic Health and Biomedical Advancement (IHYA) 2025 Series 2. Forum akademik daring yang dihelat baru-baru ini tersebut sejatinya bukan sekadar seminar biasa. Ia adalah sebuah pernyataan sikap.

FKIK UIN Maliki Malang sedang memperkenalkan Program Studi Magister (S2) Ilmu Biomedik—yang dijadwalkan menerima mahasiswa pada tahun ajaran 2026/2027—bukan sebagai produk komersial, melainkan sebagai entitas keilmuan yang matang.

Menembus Batas Kosmetik Akademik

Dalam lanskap pendidikan modern, seringkali kita melihat promosi program studi baru yang lebih menonjolkan aspek permukaan: gedung megah atau prospek kerja yang bombastis. Namun, Dekan FKIK UIN Maliki Malang Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati Prabowowati Wadjib, M.Kes., Sp.Rad(K) yang diwakili oleh Dr. drg. Risma Aprinda Kristanti, M.Si., saat membuka acara, menegaskan bahwa substansi adalah raja.

Kehadiran IHYA 2025 dirancang sebagai etalase kejujuran. Ketua panitia kegiatan, dr. Abdul Malik Setiawan, secara gamblang menyebutkan bahwa forum ini adalah upaya mendestruksi stigma promosi yang “kosmetik”.

“Kami ingin publik, khususnya calon mahasiswa pascasarjana, melihat sendiri kualitas sumber daya akademik kami. Tujuannya memperkenalkan S2 Ilmu Biomedik sekaligus menunjukkan kompetensi para dosen secara real-time,” ujar Dokter Malik.

Filosofi ini menarik: biarkan publik menilai kualitas dosen dari cara mereka membedah masalah ilmiah, bukan dari testimoni yang diskenariokan. Ini adalah bentuk seleksi alamiah di mana calon mahasiswa yang tertarik adalah mereka yang benar-benar haus akan kedalaman ilmu, bukan sekadar pencari gelar.

Bedah “Jeroan” Riset: Dari Imunohistokimia hingga Halal

Keseriusan FKIK UIN Maliki Malang tercermin dari bobot materi yang disajikan. Tidak ada materi pengantar yang dangkal. Tema besar yang diusung, “Model and Validation of Health Products: From Immunohistochemistry to Halal Critical Points,” adalah bukti bahwa prodi ini siap bermain di liga utama riset biomedis.

Tema ini dipilih bukan tanpa alasan. Ia merepresentasikan kurikulum inti yang akan dihadapi mahasiswa S2 Ilmu Biomedik nantinya. FKIK seolah berkata, “Inilah medan tempur intelektual yang akan kalian hadapi.”

Tiga srikandi peneliti dihadirkan untuk membuktikan klaim tersebut. Dr. drg. Anik Listiyana tidak berbicara tentang teori abstrak, melainkan membedah teknis pengembangan model hewan coba untuk kanker.

Di sisi lain, Dr. Zainabur Rahmah membawa audiens menyelami kompleksitas model hewan untuk malaria plasenta, sebuah topik yang sangat relevan dengan tantangan kesehatan tropis di Indonesia.

Namun, pembeda utama yang menjadi unique selling point (USP) dari UIN Maliki Malang hadir pada sesi Apt. Mayu Rahmayanti. Ia mengajak peserta membaca ulang proses farmasi dari sudut pandang titik kritis halal. Ini adalah manuver cerdas yang menegaskan identitas UIN Maliki Malang sebagai kampus integrasi sains dan Islam.

Isu halal dalam produk biomedis bukan lagi sekadar label agama, melainkan standar kualitas global yang menuntut presisi ilmiah tingkat tinggi.

Membangun Ekosistem, Bukan Sekadar Kelas

Apa yang dilakukan FKIK UIN Maliki Malang melalui IHYA 2025 Series 2 ini memberikan sinyal kuat tentang arah pendidikan pascasarjana di Indonesia. Bahwa pendidikan tingkat lanjut tidak bisa lagi dipisahkan dari ekosistem riset yang hidup.

Dr. drg. Anik Listiyana, selaku Ketua Prodi S2 Biomedik, menekankan bahwa IHYA hanyalah sebuah pemantik. Ambisi besarnya adalah menciptakan ruang kolaborasi tanpa sekat.

“Semoga IHYA terus berjalan dan menarik pihak luar untuk bekerja sama demi saling support dalam penelitian dan pembelajaran,” harapnya.

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa S2 Ilmu Biomedik UIN Maliki Malang tidak ingin menjadi menara gading. Mereka membuka pintu bagi peneliti dari lembaga lain untuk berkolaborasi, menjadikan kampus sebagai hub inovasi kesehatan yang dinamis.

Langkah FKIK UIN Maliki Malang patut menjadi studi kasus bagi institusi pendidikan lain. Di era banjir informasi, audiens semakin cerdas dan kritis. Mereka tidak lagi mempan dengan janji manis, tetapi menuntut bukti empiris.

Dengan menyuguhkan materi berat seperti imunohistokimia dan validasi produk halal sebagai materi perkenalan, FKIK telah berhasil melakukan filtering sejak dini. Mereka mengirim pesan bahwa S2 Ilmu Biomedik adalah tempat bagi mereka yang serius menggeluti sains, etika, dan integrasi nilai-nilai Islam.

IHYA 2025 bukan sekadar webinar. Ia adalah manifesto akademik FKIK UIN Maliki Malang. Melalui acara ini, mereka tidak hanya mendapatkan calon mahasiswa, tetapi juga mendapatkan respek dari komunitas ilmiah. Sebuah strategi soft-selling yang elegan, berbobot, dan yang terpenting: jujur (as/dnv).