Ratu Thailand Suthida raih emas layar SEA Games 2025, ulangi jejak legendaris Raja Bhumibol tahun 1967. Kemenangan simbolis di tengah absennya Kamboja.
INDONESIAONLINE – Sejarah seolah memutar waktunya kembali di perairan Pattaya, Kamis (18/12/2025). Lima puluh delapan tahun setelah Raja Bhumibol Adulyadej mengukir legenda di SEA Games 1967, kini giliran menantunya, Ratu Suthida Bajrasudhabimalalakshana, yang berdiri di podium tertinggi.
Sang Ratu mempersembahkan medali emas bagi Thailand dari cabang olahraga layar, sebuah pencapaian yang melampaui sekadar prestasi atletik, namun juga pengukuhan tradisi maritim keluarga kerajaan.
Berlaga di kategori Mixed Keelboat SSL47, Ratu Suthida tidak hadir sebagai pemanis kompetisi. Di atas kapal sepanjang 14 meter (47 kaki) itu, wanita berusia 47 tahun ini memegang peran krusial sebagai juru mudi sekaligus pengatur strategi.
Bukan Penumpang, Tapi Pengendali
Kemenangan tim Thailand atas rival kuat Malaysia dan Myanmar bukanlah hadiah cuma-cuma. Dalam olahraga layar, posisi juru mudi (helm) menuntut ketahanan fisik prima dan ketajaman membaca angin. Ratu Suthida memimpin sembilan awak lainnya bermanuver di tengah ombak Teluk Thailand, memastikan haluan kapal tetap pada jalur tercepat menuju garis finis.
Kredibilitas atletik sang Ratu memang tidak diragukan. Latar belakang militernya yang disiplin, dipadu dengan rekam jejak kebugaran yang impresif—termasuk menyelesaikan setengah maraton di Bangkok bulan ini dengan waktu 2 jam 13 menit—menjadikannya aset nyata bagi tim nasional, bukan sekadar simbol seremonial.
Kemenangan ini memiliki resonansi emosional yang kuat bagi rakyat Thailand. Publik diingatkan kembali pada momen ikonik SEA Games 1967 (saat itu bernama SEAP Games). Kala itu, mendiang Raja Bhumibol Adulyadej bersama putrinya, Putri Ubolratana Rajakanya, memenangkan emas di kelas OK Dinghy. Raja Bhumibol bahkan merancang dan membangun kapalnya sendiri.
Kini, di tahun 2025, Ratu Suthida melanjutkan estafet tersebut. Momen penyerahan medali diprediksi akan menjadi sorotan dunia, mengingat medali emas tersebut rencananya akan dikalungkan langsung oleh suaminya, Raja Maha Vajiralongkorn (73). Ini adalah simbolisasi sempurna dari persatuan monarki dan rakyat melalui olahraga.
Emas di Tengah Gejolak Regional
Prestasi Ratu Suthida menjadi oase di tengah ketegangan geopolitik yang mewarnai SEA Games ke-33 ini. Absennya kontingen Kamboja akibat friksi perbatasan dan isu keamanan memberikan awan mendung pada semangat persahabatan ASEAN.
Namun, dominasi Thailand di klasemen perolehan medali, ditambah dengan turun tangannya Ratu Suthida langsung ke gelanggang, menjadi pesan kuat tentang stabilitas dan kesiapan Thailand sebagai tuan rumah. Di saat diplomasi politik mengalami kebuntuan (dengan mundurnya Kamboja), diplomasi olahraga yang ditunjukkan keluarga kerajaan menjadi “wajah” yang ingin ditampilkan Bangkok ke dunia internasional.
Ratu Suthida telah membuktikan bahwa mahkota di kepalanya tidak menghalanginya untuk bermandi peluh dan ombak demi mengibarkan bendera nasional di tiang tertinggi.













