INDONESIAONLINE – Pemimpin kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi tewas bunuh diri saat diserbu oleh pasukan khusus militer Amerika Serikat (AS). Quraishi meledakkan dirinya sendiri dan keluarga saat penggerebekan terjadi di Suriah, pekan ini.
Dilansir melalui Reuters, Quraishi diketahui memimpin ISIS sejak kematian Abu Bakr al-Baghdadi, pendiri dan pemimpin ISIS sebelumnya, tahun 2019 yang juga tewas dalam operasi khusus militer AS. Baghdadi pada saat itu juga dilaporkan meledakkan diri saat digerebek militer AS di Suriah.
Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi adalah cendekiawan agama dan mantan tentara Irak pada era Saddam Hussein. Quraishi memimpin Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) selama 2 tahun sebelum tewas meledakkan diri.
Quraishi yang berkewarganegaraan Irak dan berusia 45 tahun ini menjadi pemimpin penting bagi Islamic State of Iraq yang merupakan pecahan Al-Qaeda-cikal bakal ISIS – setelah invasi AS menggulingkan Saddam Hussein, 2003 silam.
Quraishi memimpin ISIS sebagai sosok bayangan di tengah tekanan kuat dari pasukan koalisi pimpinan AS, Irak dan milisi lainnya setelah kelompok radikal itu kehilangan wilayah yang sebelumnya mereka kuasai.
Qurashi juga dikenal dengan nama Abdullah Amir Mohammed Saeed al-Mawla dan Haji Abdullah Qardash. Para pejabat AS menyebut Quraishi sebagai ‘kekuatan penggerak’ di balik genosida terhadap minoritas Yazidi di Irak bagian utara, 2014 lalu.
Selain itu, ia juga disebut sebagai sosok yang mengawasi jaringan luas ISIS dari Afrika hingga Afghanistan. Quraishi lahir pada tahun 1976 di Muhallabiya, sebuah kota kecil di sebelah barat Mosul yang banyak dihuni warga minoritas Turkmenistan di Irak. Ia dilaporkan sebagai putra dari seorang ulama yang memimpin salat Jumat di sebuah masjid setempat. Sempat belajar kajian Islam di sebuah universitas di Mosul, Quraishi lebih ahli soal pedoman keagamaan dan yurisprudensi Islam dibandingkan soal keamanan dan doktrin militer ISIS. Namun menurut sejumlah pejabat keamanan Irak, Quraishi mendapatkan pengalaman dengan menjadi anggota kelompok jihad itu.
Kemudian 2008, pasukan AS menangkap Quraishi di Mosul dan menahannya di fasilitas tahanan AS yang bernama Kamp Bucca. Informasi tersebut didasarkan pada penelitian koresponden BBC, Feras Kilani yang mewawancarai Quraishi dan menyelidiki kepemimpinan ISIS setelah Baghdadi tewas.
Kamp Bucca sendiri, dikenal sebagai pusat tahanan yang sempat dihuni para tahanan Al-Qaeda dan Islamic State of Iraq yang menjalin koneksi penting satu sama lain selama dalam tahanan, termasuk Baghdadi sendiri. Quraishi pun lantas dibebaskan setahun kemudian.
Penelitian Kilani menyebut setelah bebas Quraishi bergabung dengan pemberontakan jihad melawan pendudukan AS atas Irak antara 2003-2004, dan akhirnya berhasil naik pangkat dalam jajaran ISIS.
Di masa lalu, menurut sejumlah pejabat keamanan Irak, ia pernah menjadi tentara Irak di bawah Saddam Hussein. Banyak pemberontak mengangkat senjata melawan tentara AS setelah perwakilan Washington di Irak memerintahkan pembubaran militer Irak dan memasukkan ribuan komandan terkait Partai Baath yang menaungi Saddam Hussein ke dalam daftar hitam.
Para pejabat keamanan Irak juga menyebut Quraishi sempat melarikan diri ke perbatasan Suriah saat ISIS dipukul mundur tahun 2017 lalu. Sejak saat itu, ia bersembunyi di area-area terpencil, dan terus berpindah tempat agar tidak terdeteksi keberadaannya dan berupaya membangkitkan kembali ISIS.
Presiden Joe Biden angkat bicara
Menurut Presiden Joe Biden dan sejumlah pejabat AS, saat pasukan khusus AS mendekati persembunyian Quraishi di Suriah bagian barat laut pada Kamis (3/2/2022) dini hari waktu setempat. Biden mengatakan ledakan tersebut menewaskan Quraishi dan anggota keluarganya sendiri, termasuk anak-anak.
Disebutkan para pejabat AS bahwa ledakan itu sangat kuat hingga melemparkan jasad para korban keluar dari gedung 3 lantai yang menjadi tempat persembunyian Quraishi itu. Selain itu, jasad korban dikabarkan juga bergelimpangan hingga ke jalanan kota Atmeh, Provinsi Idlib. Pejabat AS lantas menyalahkan ISIS atas jatuhnya korban sipil akibat ledakan itu.
“Berkat keberanian pasukan kita, pemimpin teroris yang mengerikan ini sudah tidak ada lagi,” tegas Biden dalam pernyataan di Gedung Putih.
Bahkan, seorang pejabat senior Gedung Putih, yang enggan disebut namanya, meyakini ledakan besar itu telah menewaskan Quraishi, 2 istrinya dan seorang anak di lantai 3. Sedangkan seorang anak lainnya diduga tewas di lantai 2 bersama seorang letnan Quraishi dan istrinya, yang tewas setelah menembaki tentara AS. 2 militan ISIS lainnya tewas setelah menembaki helikopter AS yang dikerahkan dalam penggerebekan ini.
Desi Kris