Akibat Banyak Sapi Mati karena PMK, Kerugian Peternak Diperkirakan Mencapai Belasan Miliar

INDONESIAONLINE – Kerugian peternak di wilayah Kecamatan Pujon Kabupaten Malang akibat mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) diperkirakan mencapai belasan miliar rupiah. Hal tersebut lantaran wabah PMK, setidaknya ada hampir seribu ekor sapi yang mati. Termasuk yang harus dipotong paksa. 

Berdasarkan catatan yang dihimpun dari Koperasi SAE Pujon, ada sebanyak 21.000 ekor populasi sapi di Pujon. Dimana 14.500 ekor di antaranya tercatat sedang terpapar PMK. Sementara, sudah ada sebanyak 681 ekor yang mati dan ada sekitar 250 ekor yang harus dipotong bersyarat. 

“Itu baru sapi yang dikelola oleh Koperasi SAE Pujon, yang tidak menjadi anggota kan juga ada. Belum kambing dan ternak lain mungkin. Ya mungkin bisa sampai 1.000 ekor yang sudah mati, termasuk dipotong paksa,” ujar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang, Sodiqul Amin. 

Akibat banyaknya sapi yang mati tersebut, kerugian yang dialami peternak ditaksir mencapai belasan miliar rupiah. Pasalnya, sebagian sapi yang mati juga merupakan sapi indukan yang sudah bisa memproduksi susu. Sehingga, jika dijual, menurutnya bisa seharga Rp 17 juta per ekor. 

“Jadi kalau dikalkulasi, ada sapi yang mati termasuk dipotong paksa sebanyak seribu ekor, maka kalau per ekor Rp 17 juta, kerugiannya sampai Rp 17 miliar. Karena itu banyak (sapi) indukan, artinya sudah produktif,” terang Amin. 

Selain kerugian akibat sapi yang mati, kerugian juga muncul pada peternak yang sapinya masih hidup namun terpapar PMK. Pasalnya, dalam kondisi tersebut, produktifitas sapi untuk menghasilkan susu cenderung berkurang. 

Apalagi, pada sapi yang sedang dalam masa perawatan atau masa penyembuhan, kalaupun bisa diperah, hasil perahan susunya juga tercemar residu antibiotik. Dari hasil obat yang diberikan kepada sapi yang sedang dalam perawatan. 

Akibat hal tersebut, Koperasi SAE Pujon juga harus mengalami dampaknya. Dimana akibat produktifitas susu yang turun drastis, omzet salah satu produses susu terbesar ini turun hingga Rp 19 miliar. Hal itu membuat kewalahan pihak koperasi, yang juga masih harus menanggung biaya obat dan nutrisi bagi sapi yang terdaftar sebagai anggotanya.