Akibat PMK, Omzet Koperasi SAE Pujon Turun Hingga Rp 19 Miliar

INDONESIAONLINE – Koperasi SAE Pujon Kabupaten Malang menjadi salah satu unit koperasi yang terdampak mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK). Pasalnya, puluhan ribu sapi yang menjadi anggota Koperasi SAE Pujon terpapar PMK sehingga menyebabkan turunnya produktivitas susu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun JatimTIMES, populasi sapi di wilayah Pujon yang terdaftar sebagai anggota Koperasi SAE Pujon ada sebanyak 21.200 ekor. Dari jumlah tersebut, hampir 70 persennya terpapar PMK. Atau ada sebanyak 14.500 ekor yang terkena PMK. 

Dari jumlah tersebut, Koperasi SAE Pujon mencatat ada sebanyak 12.500 ekor yang telah dinyatakan sembuh dan sedang dalam perawatan. Yang memprihatinkan, sebanyak 8 ribu ekor yang terpapar PMK merupakan indukan. Alias yang sudah berproduksi susu. 

Selama wabah PMK, 681 ekor sapi indukan produktif mati dan sekitar 250 ekor harus dipotong bersyarat. Namun begitu, kendati angka kesembuhannya terbilang cukup tinggi, pada kenyataannya dampak ekonomi akibat PMK tidak hanya dirasakan oleh pihak koperasi, melainkan juga langsung dirasakan oleh peternak. 

“Terkait ekonomi anggota, pihak Koperasi sudah melakukan langkah. Untuk mengganti biaya penguburan Rp 1 juta per ekor. Ganti rugi sapi mati Rp 2,5 juta,” ujar Ketua Umum Koperasi SAE Pujon, Muhammad Ni’am Sofie, Kamis (21/7/2022).

Selain itu Koperasi SAE Pujon juga tetap membeli susu dari setoran peternak dengan harga yang normal. Walaupun tidak semua susu yang diterima dapat diolah karena tercemar residu antibiotik. Ni’am mengatakan, dari hal tersebut kerugiannya mencapai Rp 2,9 miliar.

“Untuk pengobatan kita mengeluarkan biaya per hari nya sebanyak Rp 30 juta,” imbuh Ni’am. 

Di sisi lain, produktivitas susu semenjak wabah ini menyerang juga tercatat mengalami penurunan yang drastis, lebih dari 50 persen. Dari yang semula 122 ton per hari, sejak PMK, Koperasi SAE Pujon hanya mampu memproduksi susu sebanyak 62 ton sehari.

“Tentu ada penurunan pendapatan. Dulu omzet per bulan bisa mencapai Rp 34 miliar sampai Rp 36 miliar. Dengan kondisi ini, omzet turun hingga Rp 16 miliar per bulan. Kehilangan omzet sekitar Rp 19 miliar ini merupakan dampak yang begitu memukul,” terang Ni’am. 

Oleh sebab itu, dirinya berharap agar segera ada langkah cepat dari pemerintah untuk segera memulihkan ekonomi. Sebab, meskipun angka kesembuhannya terbilang tinggi, tetapi produktivitas perahan susu juga berimbas pada turunnya pendapatan masyarakat. 

“Kalau tidak cepat dipulihkan, keamanan dan kenyamanan kesejahteraan bisa terganggu,” tegasnya.