Anggota DPRD Jatim Ony Setiawan menyoroti ironi kemiskinan Tuban yang menempati peringkat ke-5 termiskin di Jatim meski kaya potensi pertanian dan perikanan.
INDONESIAONLINE – Sebuah ironi membayangi Kabupaten Tuban, wilayah yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan utama di Jawa Timur. Di balik melimpahnya hasil bumi dan laut, Tuban justru terperangkap dalam daftar lima besar daerah termiskin di provinsi ini.
Kondisi ini memicu keprihatinan serius dari anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Ony Setiawan, yang mendesak adanya intervensi kebijakan yang nyata dan terukur.
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur per Maret 2024, angka kemiskinan di Kabupaten Tuban tercatat sebesar 14,77 persen. Angka ini menempatkan Tuban pada peringkat ke-5 kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin tertinggi di Jawa Timur, sebuah predikat yang kontras dengan potensi ekonominya.
“Sangat memprihatinkan. Tuban sampai data terakhir masih menempati posisi lima dari bawah terkait tingkat kemiskinan,” ungkap Ony Setiawan saat dihubungi pada Jumat (11/7/2025).
Menurut legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim VII (Tuban-Bojonegoro) ini, akar masalah utama terletak pada posisi geografis Tuban. Terletak di ujung barat laut pesisir utara Jatim, wilayah ini seolah menjadi “anak tiri” dalam peta investasi dan pembangunan infrastruktur konektivitas.
“Letak geografisnya di wilayah barat, paling jauh dari pusat perekonomian seperti Surabaya dan Malang, serta minimnya sarana transportasi strategis membuat investor enggan melirik,” jelas Ony.
Jarak yang jauh dari episentrum ekonomi ini secara langsung menghambat arus modal, teknologi, dan inovasi yang seharusnya dapat menggerakkan roda perekonomian lokal.
Potensi Raksasa yang Belum Menyejahterakan
Ironisnya, di balik angka kemiskinan yang mengkhawatirkan, Tuban adalah gudang potensi agraris dan maritim. Data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Tuban menunjukkan bahwa produksi jagung pada tahun 2024 mencapai lebih dari 750.000 ton, menjadikannya salah satu produsen jagung terbesar di Jawa Timur, bahkan di tingkat nasional.
Di sektor perikanan, dengan garis pantai sepanjang 65 kilometer, potensi perikanan tangkap dan budidaya juga sangat signifikan. Namun, kekayaan alam ini belum sepenuhnya bertransformasi menjadi kesejahteraan bagi masyarakatnya.
“Potensi pertanian dan perikanan di Tuban tidak boleh hanya jadi cerita atau data statistik. Ini harus menjadi kekuatan ekonomi nyata yang dirasakan langsung oleh rakyat,” tegas Ony.
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, sumber daya alam yang melimpah menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Lemahnya daya beli masyarakat dan lambannya penyerapan tenaga kerja menjadi bukti bahwa hasil produksi belum terkelola secara optimal untuk meningkatkan nilai tambah di tingkat lokal.
Solusi Terintegrasi: Dari SDM hingga Keberpihakan Politik
Sebagai anggota Komisi B DPRD Jatim yang membidangi perekonomian, Ony Setiawan mendorong adanya strategi pembangunan yang terintegrasi dan berpihak pada daerah-daerah pinggiran seperti Tuban. Menurutnya, ada tiga pilar utama yang harus segera diperkuat.
Pertama, penguatan kualitas SDM. “Pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten, harus mendorong penguatan SDM agar mereka mampu mengolah dan menaikkan nilai jual dari hasil pertanian serta perikanannya. Pemerintah wajib memfasilitasi kebutuhan ini, mulai dari pelatihan, teknologi pascapanen, hingga manajemen usaha,” paparnya.
Kedua, kebijakan insentif dan pembangunan infrastruktur. Diperlukan program konkret untuk menghubungkan sentra-sentra produksi di Tuban dengan pasar yang lebih luas, baik regional maupun nasional. Ini mencakup perbaikan infrastruktur jalan, pembangunan pelabuhan perikanan yang modern, serta insentif fiskal bagi industri pengolahan yang mau berinvestasi di Tuban.
Ketiga, keberpihakan politik dalam penganggaran. “Kami di Komisi B tentu akan memperjuangkan alokasi program dan anggaran yang bisa mengakselerasi pertumbuhan di kawasan seperti Tuban. Tidak cukup hanya dengan narasi optimisme, perlu keberpihakan nyata dalam program pembangunan,” ujar Ony, yang juga menjabat Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DPRD Jatim.
Kolaborasi sinergis antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten menjadi kunci mutlak. Program seperti dukungan pembiayaan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), peningkatan akses pasar melalui platform digital, dan penguatan kelembagaan petani serta nelayan harus menjadi agenda prioritas.
Ony Setiawan menyerukan agar semangat “Tuban Bangkit” kembali dikobarkan. Mengingat sejarah masa lalu di mana Tuban pernah menjadi kadipaten yang berjaya di bidang agraris, ia percaya bahwa potensi untuk bangkit masih sangat besar.
“Spirit Tuban Bangkit harus terus digaungkan. Dulu Tuban berjaya. Kini, daerah ini butuh banyak dukungan untuk membuat rakyatnya optimistis dan bangkit dari keterpurukan ekonomi,” pungkasnya (mca/dnv).