Ancaman Radang Paru di Ponorogo Kala Pancaroba Tiba

Ancaman Radang Paru di Ponorogo Kala Pancaroba Tiba
Ilustrasi penderita pneumonia atau radang paru-paru yang melanda warga Ponorogo, Jatim saat musim pancaroba (deepai/io)

Ratusan kasus pneumonia atau radang paru-paru tercatat di Ponorogo. Dinkes ingatkan waspada di musim pancaroba, terutama pada balita dan lansia. Kenali gejala, pemicu, dan cara pencegahannya.

INDONESIAONLINE – Cuaca yang tak menentu di musim pancaroba bukan hanya soal sedia payung sebelum hujan. Di balik pergantian cepat antara terik matahari dan guyuran hujan, ada ancaman kesehatan yang mengintai dalam senyap: pneumonia.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ponorogo mencatat, ancaman ini bukanlah isapan jempol. Hingga pertengahan tahun ini, sebanyak 588 warga telah terdiagnosis menderita penyakit yang kerap disebut radang paru-paru ini. Angka tersebut menjadi bagian dari tren tahunan yang mencatatkan 1.000 hingga 2.000 kasus di Bumi Reog.

“Angkanya memang belum masuk kategori darurat, tetapi ini adalah alarm kewaspadaan,” ujar Triyana Wahyudianto, Ketua Tim Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Ponorogo.

“Pneumonia sangat berbahaya bagi kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, lansia, dan mereka yang daya tahan tubuhnya sedang lemah,” terangnya.

Pancaroba: Panggung Utama Penyebaran Virus

Musim pancaroba menjadi panggung utama bagi penyebaran pneumonia. Menurut Triyana, perubahan cuaca ekstrem dapat membuat sistem imun tubuh bekerja lebih keras dan akhirnya menurun. Saat pertahanan tubuh goyah, virus, bakteri, atau jamur penyebab pneumonia lebih mudah menginfeksi saluran pernapasan.

“Inilah mengapa di pertengahan tahun ini kita harus ekstra waspada. Kondisi tubuh yang drop bertemu dengan kuman di sekitar kita, risikonya menjadi lebih besar,” jelasnya.

Gejalanya pun seringkali menipu, menyaru sebagai flu biasa. Masyarakat diimbau untuk tidak meremehkan sinyal tubuh seperti batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, demam tinggi, hingga sesak napas.

Strategi Dinkes: Dari Data Hingga Ujung Tombak Posyandu

Menghadapi ancaman ini, Dinkes Ponorogo tidak tinggal diam. Mereka mengandalkan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) yang terintegrasi. Setiap fasilitas kesehatan diwajibkan melaporkan kasus influenza-like illness (ILI) atau penyakit mirip flu dengan cepat.

“Data ini menjadi radar kami. Dari laporan ILI, kami bisa memetakan potensi sebaran dan melakukan intervensi lebih awal,” kata Triyana.

Di lapangan, upaya pencegahan digerakkan hingga ke tingkat akar rumput. Skrining kesehatan pada balita, penyuluhan di posyandu, dan sosialisasi lintas sektor menjadi senjata utama. Kader kesehatan dan masyarakat dilibatkan secara aktif untuk menyebarkan informasi tentang bahaya dan pencegahan pneumonia.

Selain virus, faktor lingkungan juga menjadi sorotan. “Jangan lupakan, asap rokok dan polusi udara adalah kontributor signifikan yang memperburuk kondisi pernapasan dan memicu pneumonia,” tegas Triyana.

Benteng Pertahanan Ada di Tangan Masyarakat

Penanganan medis disesuaikan dengan tingkat keparahan. Kasus ringan akan diberi antibiotik dan obat pereda gejala. Namun, jika kondisi memburuk, rujukan ke rumah sakit menjadi langkah wajib untuk penanganan intensif.

Triyana menekankan bahwa benteng pertahanan terbaik ada pada diri sendiri dan keluarga. Ia mengimbau masyarakat untuk kembali disiplin menjalankan gaya hidup sehat yang terbukti ampuh menangkal berbagai penyakit.

“Protokol kesehatan itu relevan selamanya. Pakai masker jika berada di keramaian atau saat merasa tidak fit, rajin cuci tangan, konsumsi makanan bergizi untuk membangun imunitas, dan yang sering dilupakan, kelola stres dengan baik,” pesannya.

Meski kasus pneumonia di Ponorogo belum menyentuh level darurat, kewaspadaan adalah kunci. Dengan sinergi antara kesigapan Dinkes dan kesadaran masyarakat, ancaman radang paru-paru di musim pancaroba ini dapat diredam sebelum meluas (ka/dnv).