INDONESIAONLINE – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka pengangguran di Indonesia mencapai 8,42 Juta orang pada Agustus 2022. Jumlah yang sangat tinggi itu tentu menjadi catatan bagi berbagai pihak, baik pemerintahan maupun dunia pendidikan.

Untuk mengurangi pengangguran terhadap lulusan sarjana S1 di perguruan tinggi. Career Development Center (CDC) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang melakukan penandatangan nota Kerjasama dengan Direktur jenderal Pembinaan pelatihan Vokasi dan produktivitas kementerian Ketenagakerjaan RI, Muhammad Ali, SS, MA., Ph.D, dan juga Manager BSI area Malang Anang Hery Anshory, Selasa (28/2/2023).

Kegiatan yang dipusatkan di Aula rektorat Lt.5 ini diikuti oleh ratusan peserta dan dihadiri langsung oleh Rektor UIN Malang beserta jajaran pimpinan lainnya.
Mengawali kegiatan seminar kewirausahaan ini, Rektor UIN Maliki Malang Prof. Dr. Zainuddin, MA menyampaikan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang tahun 2022 menunjukkan jumlah pengangguran terdidik di Indonesia tidak sedikit.

Baca Juga  UIN Malang Kerja Sama dengan Yayasan Al Hidayah Thailand, Kontribusi Bangun Pendidikan Internasional

Sehingga kampus harus berperan dalam mengurangi lulusannya yang belum terserap di dunia kerja. “Melalui pola kerjasama yang dibangun melalui CDC UIN Maliki Malang dengan Kementerian Ketenagakerjaan dan perusaahan BUMN ini diharapkan bisa membantu para lulusan kampus ini mendapatkan pekerjaan,” garapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Indonesia Online.

Pasalnya, tambah dia, perguruan tinggi atau kampus masih menyumbang banyak angka pengangguran. Di Malang raya saja BPS mencatat sepanjang 2022 ada 10.673 lulusan kampus yang menganggur. Itu berasal dari semua jenjang pendidikan di kampus. Baik diploma maupun sarjana.

Sementara itu, sepanjang 2022 di kota Malang tercatat ada 8.500 lulusan kampus yang menganggur. Itu adalah 25,18 persen dari total pengangguran yang tercatat.

“Insya Allah lulusan UIN Malang siap bekerja profesional dan yang terpenting amanah, karena lulusannya sudah dibekali hard skill dan soft skill,” paparnya.

Direktur Bina Penyelenggaraan Pelatihan Vokasi dan Pemagangan M. Ali,S.S.,M.A.,PhD dalam materi seminarnya menjelaskan bahwa fakta di lapangan banyak lulusan SMK yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dunian kerja malah banyak yang tidak memiliki kompetensi yang layak sesuai dengan akademiknya.

Baca Juga  UM Gelar Hajat Besar, Pemilihan Rektor Dimulai Juli 2022

“Ini fakta di lapangan yang saya temukan begitu,” urainya.

Seharusnya, tambah dia, selama tiga tahun sekolah SMK lulusannya siap di serap di dunia kerja. Bukan persoalan lulusan SMK saja, bahkan banyak lulusan sarjana yang nganggur dan mereka kembali mendaftar di balai pelatihan.

“Seharusnya lulusan sarjana sudah tidak lagi membutuhkan pelatihan. Akan tetapi, lagi-lagi faktanya mereka banyak yang tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja./Sehingga mereka mengikuti program pelatihan kerja,” jelasnya.

Masih kata M. Ali, saat ini di tengah masyarakat banyak lulusan yang bekerja tidak sesuai akademiknya, bahkan passionnya di dunia kerja tidak sesuai dengan lulusan akademiknya.

“Banyak yang mendapatkan pekerjaan di luar pendidikan formalnya dan ini fakta di lapangan begitu,” paparnya.