Babak Baru Kampung Gatot Ngebruk sebagai Destinasi Pengalaman Unik

Babak Baru Kampung Gatot Ngebruk sebagai Destinasi Pengalaman Unik
Suasana Pelatihan Pengembangan Wisata Kampung Gatot sebagai Niche Market Destination di Pendapa Kecamatan Sumberpucung, Senin (28/7/2025) (dd/io)

Sempat redup pasca pandemi, Kampung Gatot di Desa Ngebruk, Sumberpucung, Malang, kini dibangkitkan kembali. Temukan bagaimana kolaborasi akademisi dan pemerintah merancangnya menjadi destinasi pengalaman unik berbasis pangan lokal yang bernilai tinggi.

INDONESIAONLINE – Ada denyut nadi baru yang terasa di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Sebuah potensi besar yang sempat tertidur pulas akibat hantaman pandemi dan putusnya tongkat estafet keahlian, kini tengah dibangunkan. Dialah Kampung Gatot, ikon wisata pangan lokal yang namanya pernah santer terdengar di seantero Bhumi Arema.

Kini, harapan itu kembali membuncah. Dalam sebuah inisiasi strategis, Pemerintah Kecamatan Sumberpucung, akademisi Universitas Negeri Malang (UM), dan Tenaga Pendamping Profesional (TPP) Kemendesa PDT duduk bersama. Mereka tidak sekadar bernostalgia, tetapi merumuskan cetak biru untuk masa depan Kampung Gatot dalam sebuah pelatihan bertajuk “Pengembangan Wisata Kampung Gatot sebagai Niche Market Destination”.

“Banyak yang bertanya, bagaimana nasib Kampung Gatot sekarang? Ini adalah jawaban kami. Kegiatan ini adalah langkah awal untuk merevitalisasi destinasi yang sempat kita banggakan,” ujar Camat Sumberpucung, Sri Pawening, di hadapan para pemangku kepentingan, Senin (28/7/2025).

Menurutnya, eksistensi Kampung Gatot yang meredup membutuhkan intervensi positif dari berbagai pihak. Kolaborasi ini, tegas Sri Pawening, adalah bentuk intervensi konkret yang akan terus dikawalnya hingga Kampung Gatot kembali berjaya.

Mengubah Paradigma: Dari Produk Menjadi Pengalaman

Kunci dari kebangkitan ini terletak pada sebuah konsep baru yang tajam dan terfokus: Niche Market Destination atau Destinasi Pasar Khusus. Konsep ini diusung untuk mengubah total cara pandang terhadap potensi Gatot.

Ardianto Hartanto, akademisi UM yang memimpin pendampingan, menjelaskan bahwa strategi lama yang hanya bertumpu pada penjualan produk sudah tidak cukup. Pihaknya memperkenalkan pendekatan SAT (Strategy-Action-Technology).

“Strateginya kita rumuskan ulang. Sebuah destinasi butuh daya tarik lain selain produknya. Untuk teknologinya, kami siap membantu digitalisasi pemasaran melalui website dan media sosial. Namun, yang terpenting adalah manusianya,” papar Ardianto.

Gagasan ini diperdalam oleh Nana, Tenaga Pendamping Profesional (TPP) dari Kementerian Desa PDT. Menurutnya, kegagalan sebelumnya adalah karena konsep yang belum terintegrasi. Kini, saatnya menjual sesuatu yang lebih mahal dari sekadar makanan.

“Kita harus mulai menjual pengalaman unik. Target pasarnya spesifik, yaitu wisatawan dengan minat khusus pada budaya, kuliner, atau agrowisata,” terang Nana.

Ia melukiskan perbandingan yang membuka mata. Jika sebungkus gatot siap santap dijual seharga Rp 25.000, bayangkan jika pengunjung diajak merasakan pengalaman otentik.

“Bagaimana jika kita menjual paket seharga Rp 100.000 atau lebih? Pengunjung tidak hanya membeli gatot, tapi mereka ikut dalam proses dari awal, belajar membuatnya, menyelami kehidupan para pelaku, dan mendengar cerita di baliknya. Pengalaman inilah yang harganya tak ternilai,” jelasnya.

Masa Depan di Tangan Kolaborasi

Konsep menjual “pengalaman” ini bukan sekadar wacana. Ia adalah sebuah peta jalan yang akan mengubah Kampung Gatot dari sekadar sentra produksi menjadi sebuah panggung budaya dan edukasi. Pengunjung tidak lagi datang sebagai pembeli, melainkan sebagai partisipan.

Sambutan antusias dari Pemerintah Desa Ngebruk, BPD, dan BUMDesa menjadi sinyal positif. Pelatihan ini dianggap sebagai gerbang pembuka untuk bergerak bersama, memastikan bahwa denyut nadi ekonomi dan budaya di Kampung Gatot tidak hanya berdetak kembali, tetapi berdegup kencang dan berkelanjutan, selaras dengan program ketahanan pangan nasional yang digagas pemerintah pusat.