Babi Pernah Jadi Primadona di Jazirah Arab, Sebelum Akhirnya Diharamkan

Babi Pernah Jadi Primadona di Jazirah Arab, Sebelum Akhirnya Diharamkan
Ilustrasi babi (de heus indonesia)

INDONESIAONLINE – Babi, hewan yang diharamkan dalam Islam, ternyata memiliki sejarah panjang di Jazirah Arab, wilayah yang kini menjadi pusat agama tersebut. Penelitian terbaru mengungkap bahwa babi pernah menjadi sumber makanan utama di sana, ribuan tahun sebelum Islam muncul.

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Kiel University, Jerman, menunjukkan bahwa babi pertama kali dijinakkan di Mesopotamia sekitar 8.500 SM. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal “Insights Into Early Pig Domestication Provided by Ancient DNA Analysis” pada tahun 2017.

Dari Mesopotamia, babi kemudian menyebar ke berbagai wilayah, termasuk Eropa.

Babi: Sumber Protein Penting di Timur Tengah Kuno

Catatan arkeologi dari periode 5.000-2.000 SM menunjukkan bahwa masyarakat Timur Tengah memelihara babi sebagai sumber protein utama. Babi dipelihara selama berbulan-bulan sebelum disembelih, menyaingi popularitas hewan ternak lainnya.

Sekitar tahun 1.000 SM, terjadi pergeseran signifikan. Pemeliharaan dan konsumsi babi menurun drastis. Ada dua teori utama yang menjelaskan fenomena ini. Pertama, Ancaman Ekologi. 

Antropolog Marvin Harris, dalam bukunya “Sapi, Babi, Perang, dan Tukang Sihir” (2019), berpendapat bahwa babi menjadi beban ekologis di Timur Tengah yang kering. Babi membutuhkan banyak air dan makanan yang juga dikonsumsi manusia, menciptakan persaingan sumber daya.

Kedua, Kemunculan Ayam. Sejarawan Richard W. Redding, dalam artikel “The Pig and the Chicken in the Middle East” (2015), menekankan peran ayam. Ayam membutuhkan lebih sedikit air, lebih mudah dirawat, dan menghasilkan telur, menjadikannya sumber protein yang lebih efisien, terutama bagi masyarakat nomaden.

Meskipun konsumsi babi menurun drastis, babi tidak sepenuhnya menghilang dari Timur Tengah. Hingga kini, masih ada sebagian kecil masyarakat yang mengonsumsinya, meskipun jumlahnya sangat terbatas. Sejarah panjang babi di jazirah Arab ini menunjukan bahwa preferensi makanan dapat berubah seiring waktu, dan dipengaruhi faktor lingkungan.