INDONESIAONLINE – Baby walker, alat bantu jalan bagi bayi yang populer di Indonesia ternyata dilarang di beberapa negara maju seperti Kanada. Larangan ini bukan tanpa alasan, melainkan didasari oleh berbagai risiko yang mengancam kesehatan dan keselamatan bayi.
Kanada, pelopor pelarangan baby walker sejak tahun 2004, membuktikan keprihatinan mereka terhadap dampak negatif alat ini. Data dan penelitian menunjukkan bahwa baby walker tidak hanya tidak efektif membantu perkembangan motorik bayi, tetapi juga meningkatkan risiko cedera serius.
Hal tersebut bertentangan dengan asumsi banyak orang tua yang percaya baby walker membantu bayi belajar berjalan lebih cepat. Faktanya, alat ini justru menghambat perkembangan otot dan koordinasi yang penting untuk berjalan mandiri. Bayi yang terbiasa bertumpu pada walker cenderung tidak melatih keseimbangan dan kekuatan otot kaki mereka.
Bahaya Baby Walker
Kecepatan gerak bayi yang tidak terkontrol saat menggunakan walker menjadi pemicu utama tingginya angka cedera. Jatuh dari tangga, terbentur perabotan, hingga tersiram air panas hanyalah sebagian kecil dari rentetan risiko yang mengintai.
Data menunjukkan ribuan kasus cedera terkait baby walker terjadi setiap tahunnya, termasuk patah tulang, luka bakar, hingga cedera kepala dan leher yang fatal.
Kesalahpahaman tentang keamanan baby walker masih jamak terjadi. Banyak orang tua yang merasa aman selama tidak terjadi cedera langsung. Padahal, potensi bahaya tetap ada dan tidak boleh diabaikan.
Menyusul jejak Kanada, negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa mulai mengencangkan regulasi terkait baby walker. Asosiasi Dokter Anak di Amerika bahkan mendesak pelarangan nasional.
Indonesia perlu mempertimbangkan langkah serupa untuk melindungi generasi penerus. Edukasi publik tentang risiko baby walker dan alternatif stimulasi tumbuh kembang yang aman dan efektif harus terus digencarkan.
Ingat, keselamatan dan tumbuh kembang optimal anak adalah prioritas utama. Jangan sampai niat baik membantu bayi berjalan justru berujung petaka (bn/dnv).