JATIMTIMES – Saat ini, marak para pengguna Instagram yang kerap memposting unggahan foto-foto vulgar. Banyak dari mereka yang sengaja memposting foto dengan memperlihatkan lekuk tubuhnya, bahkan hingga bagian dadanya. Unggahan berbau vulgar tersebut, tak dipungkiri seringkali banjir like ataupun komentar dari para pengguna Instagram. 

Terlepas dari itu, motif dari pengguna Instagram yang kerap memposting unggahan vulgar ini kerap menjadi pertanyaan. Apakah mereka hanya sekedar ingin tenar menjadi pusat perhatian ataupun karena menyukai jika tubuhnya dilihat dan juga senang untuk menunjukkan bagaian tubuhnya kepada orang lain.

Psikolog Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Akhmad Muklis menjelaskan, jika pertanyaan ini terlihat sederhana. Namun penjelasannya tidak bisa sederhana, terutama jika keterkaitan dengan konteks budaya.

Penelitian psikologi tentang pose seksi dan ketelanjangan (selebritas) di barat memang sudah ada. Akan tetapi untuk konteks di tanah air, pihaknya masih belum menemukan penelitian komprehensif terkait hal ini 

“Kita fokus di Instagram. Sebagai platform medsos, Instagram sejak awal memiliki kekhasan pada rangsangan visual. Artinya, kita dipaksa untuk meng-objektivikasi-kan diri kita dalam bentuk gambar,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, jika seseorang ingin disukai dalam artian memiliki follower, like banyak, maka penggunaan Instagram harus menampilkan gambar yang ‘diinginkan’ orang lain. Itu ia sebut sebagai sebuah prinsip tersendiri.

Baca Juga  Implementasi MBKM dan Mendorong SDGs, UIN Malang Jalin MoU dengan Pemprov Jatim

Jenis objektifikasi diri yang paling laku sebagai konten IG salah satunya adalah Self-sexualization. Seksualisasi diri didefinisikan sebagai keterlibatan secara sengaja dalam aktivitas untuk menampilkan diri lebih menarik secara seksual.

Jadi pertanyaannya adalah, mengapa banyak anak muda melakukan self-sexualization ?. Perlu digaris bawahi, hal ini merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar. Karena itu, mereka memiliki motif yang juga jelas, untuk menggambarkan dirinya ‘pantas disukai’ ‘mendapat like’ dan menambah follower.

Kemudian yang menjadi pertanyaan lagi, mengapa harus mengumbar foto sexy yang tidak elok dalam budaya kita?. Lanjut Muklis menjelaskan, jika bisa jadi itu adalah cara instan dan paling cepat untuk menampilkan dirinya secara objektif ‘menarik’. Mereka jelas sangat faham bahwa algoritma Instagram membantunya untuk mendaki jalan ketenaran melalui seksualisasi diri.

“Karena dunia medsos penuh dengan akun yang suka menikmati hal tersebut, itu adalah pasar yang menggiurkan bagi para selebgram untuk pansos ya,” tuturnya.

Akan tetapi, bisa jadi alasannya akan berbeda jika itu dilakukan oleh artis yang sudah tenar (bahkan sebelum memiliki IG). Beberapa pendapat artis-artis hollywood misalnya, mendeskripsikan motif mereka memposting foto sexy jauh berbeda dengan selebgram yang baru pansos (panjat sosial). 

Baca Juga  Ahli Waris Segel Gerbang, Guru dan Siswa SMK Pulang

Bagi mereka (artis Hollywood), menampilkan foto telanjang adalah bentuk kepercayaan diri, bagian menghargai hasil kerja keras (olahraga, diet dan lainnya), memberikan apresiasi dan kedekatan kepada fans dan menunjukkan bahwa wanita juga memiliki kekuatan.

Namun terlepas dari hal itu, tentunya juga memiliki dampak. Dampak paling jelas adalah keamanan diri dari kejahatan internet/cyber-crime. Kemudian, dampak psikologisnya pun bisa beragam, terutama pada penghargaan terhadap diri karena memiliki self-image yang rendah.

Bukan hanya itu saja, dengan perkembangan pesat saat ini, di mana para anak di bawah umur kini telah familiar dengan gadget, tentunya menjadi kekhawatiran tersendiri. Sebab, bukan tak mungkin adanya image atau gambar kevulgaran yang diketahui menimbulkan dampak negatif bagi anak. Mulai dari psikologis ataupun perbuatan-perbuatan yang tak semestinya dilakukan. 

“Makanya, orang tua, keluarga, harus berperan aktif dalam pengawasan. Lingkungan maupun sekolah,  juga bisa berperan untuk hal ini, mengawasi agar anak tidak terpengaruh dengan hal-hal tersebut,” pungkasnya.



Anggara Sudiongko