INDONESIAONLINE – Kemenangan Persib Bandung atas rival abadinya Persija Jakarta di Stadion Si Jalak Harupat, Senin (23/9/2024) ternoda oleh kericuhan suporter. Sejumlah Bobotoh, sebutan suporter Persib, mengamuk dan menyerbu lapangan usai laga yang berakhir dengan skor 2-0 untuk Maung Bandung tersebut.
Insiden bermula ketika beberapa oknum Bobotoh terlihat merusak pagar tribun selatan dan merangsek masuk ke lapangan. Aksi nekat ini dipicu oleh rasa frustrasi terhadap manajemen Persib yang dianggap tidak becus menangani dugaan pelecehan verbal oleh steward terhadap suporter wanita pada laga sebelumnya di Liga Champions Asia.
Video kericuhan yang tersebar luas di media sosial memperlihatkan Bobotoh menyerang steward yang bertugas. Kejadian ini sontak memicu keprihatinan publik dan membangkitkan kembali trauma tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 jiwa pada 1 Oktober 2022.
Tagar #Kanjuruhan langsung merajai trending topic di platform X (dulu Twitter). Netizen beramai-ramai mengecam aksi anarkis Bobotoh dan menyuarakan kekecewaan terhadap dunya sepak bola Indonesia yang seolah tidak belajar dari tragedi kelam di Kanjuruhan.
“Hadeh, Tragedi Kanjuruhan dulu berawal dari begini lho,” tulis akun @MafiaWasit, merespons video Bobotoh yang menyerbu lapangan.
Kekecewaan juga diungkapkan akun @Liga1Match24, “Menang saja rusuh, apalagi kalah. Ternyata Tragedi Kanjuruhan hanya tinggal cerita. Kita selalu mengulangi kejadian serupa di setiap musimnya.”
Sorotan tajam juga diarahkan pada manajemen Persib dan pihak keamanan yang dianggap gagal mengantisipasi kerusuhan. Banyak pihak mempertanyakan kesiapan dan efektivitas sistem pengamanan di stadion.
Insiden ini menjadi tamparan keras bagi sepak bola Indonesia yang masih berjuang untuk bangkit dari keterpurukan pasca tragedi Kanjuruhan. Publik menuntut tindakan tegas dan solusi konkret untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.
Peristiwa di Si Jalak Harupat menjadi pengingat bahwa perubahan fundamental dalam pengelolaan sepak bola nasional mutlak diperlukan. Keamanan, transparansi, dan profesionalitas harus menjadi prioritas utama demi mewujudkan iklim sepak bola yang aman dan bermartabat (bn/dnv).