Beranda
Agama  

Begini Hukum Bermain Lato-Lato Menurut Pandangan Islam 

Begini Hukum Bermain Lato-Lato Menurut Pandangan Islam 

JATIMTIMES – Belakangan masyarakat tentu sudah tak asing lagi dengan permainan lato-lato. Permainan tradisional ini mendadak booming di Indonesia. Bahkan mulai dari anak kecil hingga orang dewasa memainkannya. 

Lato-lato merupakan permainan dua buah bola bertali yang kemudian diayunkan dan berbenturan. Permainan ini menimbulkan bunyi yang cukup keras. Lantas, bagaimana hukum bermain lato-lato menurut pandangan Islam? Simak penjelasannya yang diolah dari IslamPos.

Bermain lato-lato, tentu hukum asalnya boleh saja. Selama dalam permainan tidak berlebihan dan tidak melalaikan perkara penting ataupun menganggu orang lain. 

Jika bermain lato-lato berlebihan, melampaui batas dan menganggu orang lain, maka hal ini tentunya tak diperkenankan untuk memainkannya. Allah begitu mencela orang-orang yang israf. 

Dalam Al-Qur’an Surah Al An’am 141, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melebihi batas” (QS. Al-An’am: 141).

Ibnu Abidin Rahimahullah menyampaikan, bahwa “Israf artinya berinteraksi dengan sesuatu secara layak namun melebihi dari batasan yang layak” (Hasyiah Ibnu Abidin, 6/759).

Kembali lagi, meskipun diperbolehkan, bermain lato-lato tetap terdapat batasan. Hal ini tentunya agar tidak melalaikan kewajiban dan hal-hal yang bermanfaat lainnya. 

Seperti, lalai salat, membaca Al-Qur’an, belajar, membantu orang tua, dan perkara-perkara penting lainnya. Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al A’raf 31 berfirman, “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

Sehingga, dari sini dapat disimpulkan, bahwa bermain lato-lato diperbolehkan dengan syarat tidak berlebihan, tidak melalaikan kewajiban atau perkara penting dan juga tidak menggangu orang lain.

Allah SWT juga mengingkari orang yang melarang anak-anak untuk bermain. Seba, dunia anak adalah bermain, sehingga harus diberi kesempatan untuk bermain. 

Dalam riwayat Ibnu Abid Dunya, dalam Kitab Al ‘iyal 2/791, “Dari Al-Hasan Al-Bashri, ia masuk ke rumahnya dan ketika itu anak-anak kecil sedang main di atas rumahnya. Abdullah putra beliau yang baru masuk bersama beliau lalu melarang anak-anak tersebut. Al-Hasan Al-Bashri mengatakan: Biarkan mereka! Karena bermain adalah kesenangan mereka”.

Exit mobile version