INDONESIAONLINE – Dada ayam lebih dipilih daripada paha ayam bagi orang yang menjalani diet. Hal ini karena muncul anggapan bahwa dada ayam memiliki kalori lebih rendah dan lebih sehat dibandingkan paha ayam. Namun, apakah benar demikian?
Dokter Dion Haryadi, seorang dokter umum sekaligus certified nutrition & health coach, mengungkapkan bahwa anggapan paha ayam lebih buruk untuk diet tak sepenuhnya benar.
“Kalau kita cek kandungan gizinya, per 100 gram dalam kondisi mentah, dada ayam memiliki 112 kcal, 2 gram lemak, 23 gram protein, dan 0 gram karbohidrat. Sementara itu, paha ayam mengandung 121 kcal, 4 gram lemak, 20 gram protein, dan 0 gram karbohidrat,” jelas dr Dion, dikutip Instagramnya @dionharyadi, Senin (11/11).
Ia juga menegaskan bahwa perbandingan ini dilakukan dalam kondisi tanpa kulit. Dengan demikian, yang dihitung hanyalah fillet murni.
Menurut dr Dion, variasi nilai gizi bisa terjadi, tergantung jenis dan daerah asal ayam tersebut, tetapi secara umum perbedaan kalori dan nutrisi antara dada dan paha ayam tidak signifikan.
Saat berbicara tentang diet, Dion menyarankan agar tidak hanya terpaku pada kandungan kalori saja. “Diet juga masalah selera, kan?” ungkapnya.
“Daripada kamu memaksakan diri makan dada ayam yang membuat kamu sengsara, mendingan makan paha ayam. Yah, cukup tahu bahwa ada 2 gram lemak tambahan dengan 3 gram protein lebih sedikit. Tapi kalau kamu jadi lebih bisa menikmati dietmu, kenapa tidak?” imbuhnya.
Bagi sebagian orang, mengonsumsi dada ayam mungkin terasa lebih hambar dan kering, sehingga kurang menggugah selera. Sementara itu, paha ayam cenderung lebih juicy dan memiliki tekstur yang lebih lembut. Hal ini bisa menjadi pertimbangan penting, terutama bagi mereka yang kesulitan menikmati makanan selama menjalani program diet.
Dalam penjelasannya, Dion menekankan bahwa suksesnya diet tidak hanya bergantung pada jumlah kalori, melainkan pada bagaimana seseorang dapat mempertahankan pola makan sehat yang konsisten. “Kunci dari diet yang berhasil adalah keberlanjutan. Jadi, jika makan paha ayam membuatmu lebih semangat menjalani diet tanpa merasa tertekan, itu pilihan yang bagus,” tuturnya.
Dion menambahkan bahwa pola diet seharusnya memberikan rasa nyaman, bukan malah menjadi beban. Oleh karena itu, memilih sumber protein yang sesuai selera dan mampu memberikan kepuasan adalah langkah yang lebih efektif dibandingkan dengan hanya berfokus pada angka kalori.
Baik dada maupun paha ayam memiliki kelebihan masing-masing. Dada ayam lebih rendah lemak, sehingga menjadi pilihan favorit bagi mereka yang benar-benar membatasi asupan lemak. Sebaliknya, paha ayam sedikit lebih tinggi lemak, tetapi masih termasuk dalam kategori makanan yang sehat dan kaya protein.
“Perbedaan kalori dan lemak yang relatif kecil ini tidak akan menjadi masalah besar, asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Jadi, kamu tim dada ayam atau paha ayam?” pungkas Dion. (bn/hel)