INDONESIAONLINE – Berhala dahulu banyak disembah oleh umat yang terbutakan. Pada masa Fathu Makkah, benda yang pertama kali dihancurkan adalah berhala. Hal ini agar tidak lagi menjadi sebuah sesembahan. Umat Islam pun dilarang untuk menyimpan berhala di rumahnya. Hal ini tidak lain adalah bentuk khawatir Rasulullah agar berhala tidak dijadikan sesembahan.
Diolah dari Ensiklopedia Al Fatih, dalam hadits riwayat imam Al Bukhari dijelaskan bahwa berhala menjadi sesembahan pertama kali pada masa Nabi Nuh AS. Berhala tersebut tersebar di kalangan Arab.
Dalam salah satu hadits Rasulullah, dari Ibnu Abbas RA, bahwa berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh dikemudian hari tersebar di pusat setiap bangsa Arab. Wadd menjadi berhala untuk kamu Kalb di Daumatul Handal. Suwa’ untuk Bani Hudzail. Yaquts untuk Murad dan Bani Ghuthaid di Jauh tepatnya di Saba’. Adapun Ya’uq adalah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk aHimyar Keluarga Dzul Kala’.
Itulah, nama-nama orang saleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk membuat berhala pada majelis mereka dan menamakan dengan nama orang-orang saleh tersebut. Setelah ilmu tiada, maka berhala itupun kemudian disembah.
Pendapat Al Faqihi, memperkuat jika berhala pertama kali dibuat pada masa Nabi Nuh AS. Sebagaimana dikutip As Suyuthi dalam Ad Durarul Mantsur menyebutkan bahwa pada masa itu seorang anak rindu kepada orangtuanya.
Ia kemudian membuat patung yang mirip dengan orangtuanya. Hal itu karena anak dan saudaranya tidak memiliki kesabaran saat ditinggalkan oleh sang ayah. Mereka kemudian menyembah patung-patung tersebut hingga keturunan itu kemudian meninggal.
Hal ini kemudian terjadi turun menurun, hingga kemudian anak cucunya menganggap jika patung-patung tersebut merupakan tuhan. (as Suyuthi, Ad Durarul Mantsur, Beirutz Darul Fikr Juz VI, 269).
Patung berhala, pertama kali dibawa ke bangsa Arab oleh Amru bin Luhai, pemimpin Bani Khuza’ah. Ada yang berpendapat jika Amru bin Luhai dari Bani Azad yang termasuk orang Arab Qahtaniyaah dan ada juga yang berpendapat Bani Mudhar termasuk dari Arab Adnaniyyah.
Bersumber dari Ar Rahiq, Al Makhtum, dijelaskan bahwa Amru bin Luhai tumbuh sebagai orang yang dikenal suka berbuat kebajikan. Meskipun begitu, ia justru menjadi aktor utama yang menjerumuskan orang-orang di Mekkah untuk menyembah berhala.
Hal ini bermula saat Amru bin Luhai pergi ke negeri Syam. Dia melihat penduduk Syam menyembah berhala, dan Ia menganggap hal itu hal yang baik. Iapun kembali ke Mekkah dan membawa sebuah berhala. Berhala yang dibawa, kemudian diletakkan di dalam Ka’bah. Ia kemudian mengajak penduduk Makkah untuk menyembahnya. Tak hanya orang Makkah, orang Hijaz banyak mengikuti apa yang diajarkan oleh Amru bin Luhai.