Bukan Awan Kinton! BMKG Ungkap Asal Usul Gumpalan Putih di Kalimantan

Bukan Awan Kinton! BMKG Ungkap Asal Usul Gumpalan Putih di Kalimantan
Fenomena awan jatuh di Kalimantan yang disebut warga sebagai awan kinton (youtube)

INDONESIAONLINE – Sebuah video viral di media sosial akhir pekan lalu menampilkan gumpalan putih menyerupai awan yang tergeletak di tanah, memicu beragam reaksi dan spekulasi warganet. Banyak yang mengaitkannya dengan “awan kinton“, kendaraan terbang milik Son Goku dalam serial anime Dragon Ball, menimbulkan candaan di dunia maya.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi resmi terkait fenomena unik ini. Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa gumpalan tersebut bukanlah awan yang jatuh dari langit.

“Kemungkinan besar itu adalah kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia di wilayah pertambangan,” ungkap Andri seperti dikutip dari Antara, Minggu (17/11/2024).

Penjelasan ilmiah BMKG menegaskan bahwa awan terbentuk dari kumpulan partikel air, kristal es, atau partikel lain yang melayang di atmosfer. Karakteristiknya yang ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah membuat awan tidak mungkin jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk gumpalan padat.

“Awan merupakan sekumpulan tetesan air yang sangat kecil dan ringan, sehingga tetap melayang di udara dengan bantuan arus udara,” tambah Andri.

Fenomena di Kalimantan Tengah ini, menurut BMKG, lebih tepat dijelaskan sebagai kondensasi uap air atau gas yang mengalami perubahan fase akibat perbedaan suhu signifikan, sering terjadi di area pertambangan. Lokasi kejadian dilaporkan berada di area PT Adaro Energy Indonesia Tbk di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, energi terbarukan dan tidak terbarukan, serta infrastruktur pendukung.

Meskipun penjelasan ilmiah telah diberikan, video tersebut tetap memicu beragam komentar lucu dari warganet. “Wah, Goku beneran lagi di Kalimantan, nih?” tulis salah satu pengguna media sosial.

Komentar lain menambahkan dengan nada bercanda, “Mau coba naik, siapa tahu bisa terbang!”

Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya literasi ilmiah di tengah arus informasi yang cepat dan mudah tersebar di media sosial. Meskipun fenomena alam yang tidak biasa dapat menimbulkan rasa penasaran dan spekulasi, penting untuk selalu merujuk pada sumber informasi yang kredibel dan valid, seperti BMKG, untuk memperoleh penjelasan yang akurat (bn/dnv).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *