INDONESIAONLINE – Setelah tergulingnya rezim diktator Suriah Bashar al-Assad pada Desember 2024, sebuah bukti baru mengenai kekejaman yang tak manusiawi telah muncul ke publik. Bukti tersebut, berupa arsip besar yang berisi lebih dari 70.000 foto, kini telah diserahkan dan diterima oleh media Norddeutscher Rundfunk (NDR).
Data sensitif ini dibawa keluar oleh seorang kolonel Suriah yang sebelumnya bertugas di Departemen Pengamanan Barang Bukti di bawah Kepolisian Militer Damaskus. Ketika pergolakan terjadi setahun yang lalu, perwira tersebut berhasil menyelamatkan dan menyembunyikan hard disk berisi data rahasia dari brankas kantornya.
Arsip Terbesar yang Pernah Diselidiki Jurnalis
Dokumen-dokumen ini kemudian diteliti bersama oleh tim jurnalis investigasi dari Westdeutscher Rundfunk (WDR), Süddeutsche Zeitung (SZ), Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ), dan sejumlah mitra media global lainnya. Arsip yang diberi nama “Damascus Dossier” ini tercatat sebagai kumpulan data terbesar yang pernah dievaluasi oleh jurnalis. Beberapa media internasional yang terlibat dalam evaluasi ini termasuk “Washington Post”, “Le Monde”, “El Pais”, “Toronto Star”, dan media lainnya.
Laporan dari NDR menyebutkan bahwa dokumen ini secara rinci mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang sangat parah di sejumlah penjara Suriah selama pemerintahan Assad. Foto-foto tersebut menunjukkan nasib tragis dari 10.212 tahanan Suriah yang meninggal. Mayoritas korban adalah pria, namun di dalamnya juga terdapat korban wanita, anak di bawah umur, dan bahkan setidaknya satu bayi.
Selain foto-foto jenazah tahanan, arsip ini juga menyertakan dokumen-dokumen rahasia, daftar keanggotaan militer, serta surat kematian para tahanan.
Bukti Penyiksaan Sistematis dan Kekurangan Gizi
Dalam temuan mereka, NDR melaporkan bahwa data ini mengungkap bagaimana warga sipil Suriah dimata-matai, dipenjara, dan disiksa hingga tewas sebelum Assad digulingkan pada akhir 2024. Sebagian besar jenazah dalam foto-foto tersebut menunjukkan indikasi kekurangan gizi ekstrem, dengan banyak korban terlihat kurus kering. Selain itu, terdapat bukti luka-luka parah yang mengindikasikan kekerasan ekstrem. Para ahli yang diwawancarai oleh NDR menafsirkan temuan ini sebagai dampak dari penyiksaan yang dilakukan secara sistematis.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan peran signifikan rumah sakit militer dalam penindasan di Suriah. Dokter di Rumah Sakit Militer Harasta, Damaskus, diketahui menandatangani surat kematian tahanan, namun hanya mencatat penyebab terminal seperti “henti jantung” tanpa menyebutkan alasan kematian yang sebenarnya.
Mantan tahanan yang berhasil selamat memberikan kesaksian kepada tim peneliti tentang adanya lantai khusus yang digunakan untuk penyiksaan di rumah sakit militer tersebut. Bahkan, menurut informasi dari NDR, WDR, dan SZ, dokter-dokter yang diduga terlibat dalam penyiksaan tahanan kini dilaporkan berpraktik di Jerman.
Foto-Foto Penting untuk Penyelidikan Jerman
Foto-foto dari Suriah ini dinilai sangat penting bagi penyidik di Jerman. Berdasarkan prinsip hukum internasional, pelaku kejahatan perang dapat dituntut di Jerman atas kejahatan yang mereka lakukan di Suriah.
Data arsip tersebut kini telah diakses oleh jaksa agung federal Jerman, yang akan memulai pemeriksaan dan evaluasi. Jaksa agung federal saat ini tengah memproses puluhan penyelidikan terkait kejahatan struktural organisasi kriminal dan telah mewawancarai lebih dari 2.000 saksi.
”Foto-foto yang kami dapatkan dari Suriah melengkapi kesaksian yang diberikan oleh para individu,” ujar Jaksa Agung Federal Jens Rommel kepada tim investigasi gabungan NDR, WDR, dan SZ. “Foto-foto tersebut memperlihatkan secara visual apa yang dialami oleh individu-individu dan kesaksian mereka kini dapat diobjektifkan,” lanjut Rommel.
Bashar al-Assad, yang memerintah Suriah selama hampir 25 tahun, digulingkan oleh milisi Islamis HTS dan sekutunya pada 8 Desember 2024. Assad, yang kini berada di bawah suaka Moskow, telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia berat dan kejahatan perang, termasuk pembunuhan, penyiksaan terhadap pihak oposisi, serta penggunaan gas beracun selama perang saudara. (hsa/hel)
