INDONESIAONLINE – Upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di lingkungan sekolah terus digencarkan. Bertempat di halaman SMPN 6 Kediri pada Sabtu (10/5/2025), Wakil Wali Kota Kediri, Qowimuddin, secara resmi mengukuhkan Tim Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) sekolah tersebut.
Momen pengukuhan ini diwarnai dengan gelaran simulasi tanggap bencana, memberikan gambaran nyata peran tim SPAB saat situasi darurat tiba.
Simulasi yang digelar memeragakan skenario bencana gempa bumi saat jam pelajaran berlangsung. Ketika getaran mulai terasa, Tim SPAB yang telah dibentuk langsung bertindak. Koordinator tim segera melaporkan situasi kepada Kepala Sekolah.
Informasi ini kemudian diteruskan melalui kanal layanan publik Pemerintah Kota Kediri, Lapor Mbak Wali 112, untuk meminta bantuan penanganan lebih lanjut. Laporan dari kanal 112 inilah yang kemudian akan diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan untuk merespons dan memberikan penanganan di lokasi kejadian.
“Saya sangat mengapresiasi pengukuhan Tim SPAB di sini. Inisiatif ini krusial dalam mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana, menjadi elemen terpenting dalam membangun ketanggapan,” ungkap Gus Qowim, sapaan akrab Wakil Wali Kota.
Gus Qowim menekankan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan bencana di setiap lapisan masyarakat guna meminimalkan dampak yang mungkin ditimbulkan. Ia memuji pelaksanaan simulasi yang menunjukkan tim SPAB telah memahami langkah-langkah awal dengan baik. Mereka sigap mengarahkan siswa untuk tidak panik, memandu evakuasi ke titik aman, memberikan penanganan awal bagi yang terluka, serta menenangkan siswa yang mengalami trauma.
“Harapan kami, kesiapsiagaan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi terkait. Seluruh elemen masyarakat diharapkan memiliki kemampuan tanggap bencana,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa BPBD secara proaktif terus berkolaborasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk melalui pelatihan, untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi risiko dampak bencana.
Ke depan, Gus Qowim menaruh harapan besar agar program SPAB dapat direplikasi di seluruh sekolah di Kota Kediri. Menurutnya, program semacam ini efektif dalam memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan sekolah terhadap berbagai jenis bencana. Selain program SPAB, ia juga kembali mengingatkan keberadaan layanan call center kegawatdaruratan Lapor Mbak Wali 112.
“Layanan 112 ini adalah wujud komitmen pemerintah untuk pelayanan publik yang cepat dan tepat, meliputi bidang kesehatan, bencana alam, dan kegawatdaruratan lainnya. Tadi saya sudah sampaikan ke Kepala Pelaksana BPBD agar program sosialisasi ini terus digencarkan,” pungkasnya, memastikan akses mudah bagi masyarakat untuk melaporkan situasi darurat.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri, Joko Arianto, menjelaskan bahwa tim SPAB saat ini sudah terbentuk di empat sekolah di Kota Kediri: SDN Betet 1, SMAN 2 Kediri, SMA 5 Taruna Brawijaya, dan SMPN 6 Kota Kediri.
Penunjukan SMPN 6 beralasan kuat. Berdasarkan Kajian Risiko Bencana, Kelurahan Gayam, lokasi sekolah ini, termasuk wilayah rawan bencana seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, cuaca ekstrem, hingga kekeringan. Tim SPAB di SMPN 6 sendiri melibatkan 35 orang, terdiri dari gabungan siswa, guru, komite sekolah, warga sekitar, wali murid, dan pegawai kelurahan.
“Dengan membentuk SPAB di sini, saat bencana terjadi, siswa, guru, wali murid, dan warga sekitar sudah dibekali ilmu kebencanaan dan tahu persis apa yang harus dilakukan,” jelas Joko Arianto.
Ia menambahkan, seperti dalam simulasi tadi, mekanisme pelaporan dari koordinator ke Kepala Sekolah lalu ke Lapor Mbak Wali 112 akan berjalan efektif untuk respons cepat.
Joko Arianto merinci bahwa Tim SPAB ini telah menjalani pelatihan intensif selama empat hari, dari pagi hingga sore, mendalami berbagai aspek kebencanaan. Simulasi di hari terakhir merupakan puncak dari pelatihan tersebut, memberikan kesempatan untuk mempraktikkan teori yang telah dipelajari.
“Terlihat tadi, ketika bencana terjadi, mereka sudah memahami peran masing-masing dan tindakan yang diperlukan,” imbuhnya. Ia juga menyebut bahwa tim yang telah terlatih ini diharapkan menjadi agen sosialisasi di lingkungan sekolah dan sekitar, menularkan pengetahuan tanggap bencana kepada warga yang lebih luas (eas/dnv).