INDONESIAONLINE – Penyakit gagal ginjal dan cuci darah pada anak menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Isu ini mencuat setelah seorang influencer membagikan suasana saat sejumlah anak menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit rujukan nasional.
Kabar paling anyar, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat sebanyak 60 anak menjalani terapi penyakit gagal ginjal di RSCM. Penyakit ini mendorong Pemerintah Provinsi DKI untuk menyediakan tujuh dokter spesialis anak sub-spesialis nefrologi. Yakni terdiri dari empat dokter di RSCM, dua dokter di Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita, dan satu dokter di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk.
Merespons ramainya kabar peningkatan cuci darah pada anak, dr Arifianto SpA (K), dokter spesialis anak, menjelaskan bahwa anak-anak yang menjalani cuci darah (hemodialisis) di rumah sakit tersebut didominasi oleh anak yang didiagnosis dengan penyakit ginjal kronik tahap akhir (end-stage renal disease). Penyakit tersebut menyebabkan kerusakan ginjal yang parah sehingga memerlukan terapi hemodialisis.
Lebih lanjut, dokter Apin, sapaan akrab dr Arifianto SpA (K) mengungkap bahwa penyebab utama gagal ginjal pada anak adalah penyakit ginjal bawaan (kelainan ginjal kongenital) dan penyakit ginjal yang didapat, seperti sindrom nefrotik yang tidak responsif terhadap obat steroid, serta penyakit autoimun seperti nefritis. Selain itu, kondisi seperti diabetes melitus tipe 2 yang berkaitan dengan konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan juga menjadi penyebab komplikasi ginjal jika tidak diatasi dengan baik.
Meski demikian, dokter Apin menegaskan bahwa konsumsi gula, garam, dan lemak berlebihan memang dapat menyebabkan obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus tipe 2, yang kemudian bisa berlanjut menjadi gagal ginjal. Namun, hal ini tidak berarti bahwa konsumsi makanan manis, minuman manis, susu formula, atau susu UHT secara langsung menyebabkan gagal ginjal pada anak.
“Tidak serta merta karena gula berlebihan akan langsung menyebabkan cuci darah,” ujar dokter Apin, dilansir dari akun X pribadinya @dokterapin. “Penyakit ginjal pada anak biasanya berkembang melalui beberapa tahapan, mulai dari konsumsi berlebihan yang menyebabkan obesitas, hingga komplikasi seperti diabetes melitus tipe 2, dan akhirnya gagal ginjal,” tambahnya.
Terkait dengan isu bahwa susu UHT bisa menyebabkan gagal ginjal, dokter Apin menjelaskan bahwa informasi tersebut kurang tepat. Ia menyebutkan bahwa makanan ultra-processed foods yang dikonsumsi tidak bijak bisa berlanjut menjadi gangguan metabolik dan sebagian kecil kasus mungkin akan berujung pada diabetes melitus tipe 2. Namun, susu UHT atau susu formula yang dikonsumsi sesuai dengan indikasi dan tidak berlebihan tidak akan menyebabkan gagal ginjal.
Dokter Apin pun menekankan pentingnya keseimbangan dalam konsumsi gula, garam, dan lemak untuk anak-anak. “Kita harus memperhatikan konsumsi gula, garam, dan lemak pada anak-anak kita agar mereka mencapai berat badan yang ideal, tidak overweight, tidak obesitas, dan tidak mengalami komplikasi diabetes melitus tipe 2,” katanya.
Sebagai kesimpulan, dokter Apin mengingatkan masyarakat untuk memahami konteks konsumsi pangan yang sesuai dan tidak berlebihan. “Misinformasi tentang penyebab gagal ginjal pada anak perlu diluruskan agar masyarakat tidak panik dan tetap bijak dalam memilih konsumsi pangan untuk anak-anak,” jelas dokter Apin.
Dengan penjelasan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami penyebab sebenarnya dari gagal ginjal pada anak dan pentingnya pola makan seimbang untuk mencegah berbagai komplikasi kesehatan. “Semoga informasi ini dapat membantu meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat belakangan ini,” pungkas dokter Apin. (bin/hel)