INDONESIAONLINE – Industri kuliner Indonesia kembali menjadi sorotan dunia setelah platform panduan perjalanan dan makanan global, TasteAtlas, merilis daftar “Makanan Terbaik dan Terburuk Dunia” tahun 2025.
Kabar gembira datang dari hidangan legendaris Rawon, sup daging sapi berkuah hitam khas Jawa Timur, yang sukses menempati posisi ke-8 dalam daftar 10 makanan terbaik global. Namun, pengakuan manis ini diiringi kabar pahit dengan masuknya empat hidangan Nusantara lainnya ke dalam jajaran “makanan terburuk“, bahkan dua di antaranya masuk lima besar.
Pengakuan atas Rawon merupakan bukti nyata kekayaan rempah dan keunikan rasa Indonesia yang kian mendunia. TasteAtlas mendeskripsikan Rawon sebagai kuliner unik yang dikenal dari kuah hitam pekatnya, hasil dari penggunaan kluwek, buah hitam yang menjadi bumbu esensial dan memberikan cita rasa kompleks tak tertandingi. Daging sapi dimasak perlahan dengan serai, daun jeruk, jahe, dan cabai, menghasilkan aroma harum menggoda.
Berawal dari hidangan rakyat jelata di Surabaya, popularitas Rawon kini telah merambah meja bangsawan hingga menjadi sajian utama di berbagai perayaan.
“Rawon biasanya disajikan lengkap dengan nasi putih, telur asin, tauge pendek, sambal pedas, serta kerupuk udang sebagai pelengkap,” tulis TasteAtlas.
Daftar 10 Makanan Terbaik Dunia 2025
-
Lechona – Kolumbia
-
Pizza Napoli – Italia
-
Picanha – Brazil
-
Rechta – Algeria
-
Phanaeng Curry – Thailand
-
Asado – Argentina
-
Cokertme Kebab – Turki
-
Rawon – Indonesia
-
Cag Kebab – Turki
-
Tibs – Ethiopia
Makanan Indonesia di Daftar Terburuk
Kontras dengan gemerlap Rawon, sejumlah hidangan Indonesia justru berada di sisi spektrum yang lain. Dalam daftar 10 “makanan terburuk dunia”, tercatat empat kuliner Nusantara: Tinutuan (bubur Manado) di peringkat 4, Paniki (daging kelelawar) di peringkat 5, Acar Kuning di peringkat 8, dan Lawar di peringkat 10.
Tinutuan, bubur beras dari Manado, Sulawesi Utara, digambarkan TasteAtlas sebagai “bubur gurih ini awalnya adalah makanan vegetarian”. Umumnya disajikan dengan bayam, labu, singkong, jagung, serta ikan asin dan sambal. Konsistensinya yang cair dan perpaduan sayuran ini mungkin menjadi faktor yang kurang familiar bagi lidah internasional.
Lebih mengejutkan lagi adalah Paniki, juga dari Sulawesi Utara, yang menggunakan daging kelelawar sebagai bahan utamanya. Proses memasaknya yang unik – kelelawar dipanggang untuk menghilangkan bulu, dibersihkan, dipotong, lalu direbus dengan berbagai rempah seperti bawang goreng, bawang putih, jahe, cabai, daun kari, serai, hingga santan – disajikan dengan nasi putih.
Bahan dasar yang tidak konvensional ini kemungkinan besar menjadi alasan utama masuknya Paniki ke dalam daftar tersebut.
Daftar 10 Makanan Terburuk Dunia 2025 (Versi TasteAtlas)
-
Kaeng hang le, Thailand
-
Hon mhai, Thailand
-
Laba-laba goreng, Kamboja
-
Tinutuan, Indonesia
-
Paniki, Indonesia
-
Tom chuet, Thailand
-
Balut, Filipina
-
Acar kuning, Indonesia
-
Puding darah, Vietnam
-
Lawar, Indonesia
Fenomena ini kembali mengingatkan bahwa selera adalah hal yang sangat subjektif dan bervariasi antarbudaya. Apa yang dianggap lezat dan autentik di suatu daerah, bisa jadi terasa asing atau bahkan kurang menarik bagi palet rasa dari belahan dunia lain.
Meski demikian, kehadiran Rawon di puncak daftar terbaik tetap menjadi bukti nyata bahwa kuliner Indonesia memiliki potensi besar untuk terus memukau lidah global dengan keunikan dan kekayaan rasanya (ina/dnv).