INDONESIAONLINE – Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbanyak di wilayah Besuki Raya atau Eks Karisidenan Besuki.

Jumlah tersebut diketahui berdasarkan data dari Badan Perlindungan Pelerja Migran Indonesia (BP2MI) Banyuwangi.

Mengikuti cerita suka duka para keluarga PMI tentu tidak sedikit yang sukses memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan keluarga mereka. Namun sebagian harus menunda keberhasilan bahkan PMI tersebut harus menderita di negara tempatnya bekerja.

Seperti kisah Devi Anggar Sari (26 tahun) PMI asal Desa Kedunggebang. Deritanya disampaikan sang ayah, Supriyono kepada Koordinator Migrant CARE Banyuwangi, Edhi Sujiman beberapa waktu lalu.

Devi, alumni SMA Negeri 1 Tegaldlimo Banyuwangi sekitar awal tahun 2023 berangkat ke Singapura. Namun belum genap satu bulan bekerja tangan kananya sakit sehingga tidak mampu bekerja.

Saat ini yang bersangkutan masih di negeri Singa dan berharap bisa pulang ke Indonesia. Namun karena Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang memberangkatkan terkesan lepas tangan akhirnya masalah tersebut dilaporkan ke kantor BP2MI Banyuwangi.

Menurut Supriyono, pertama kali Devi Anggar Sari yang akrab disapa Devi, mengenal Bu Kh (PL: Petugas Lapang) PT Flamboyan Gemajasa dari teman ibunya yang merupakan pembantu di rumah Bu Kh. Akhir bulan November 2022 Devi ditemani ibunya datang sendiri rumah Bu Kh untuk menanyakan terkait cara menjadi PMI.

Baca Juga  Berburu Olahan Kopitiam Khas Singapura? Kedai di Kota Batu Ini Cocok Masuk Agenda Kalian

Kemudian Bu Kh datang ke rumah Devi sebanyak 2 kali. Bu Kh menjanjikan uang saku sebesar Rp 2,5 juta jika mau berangkat. Sedangkan untuk biayanya gratis. Namun ada pemotongan gaji selama 7 bulan.

Selanjutnya dia menuturkan Bu Kh mengajak Devi berangkat ke Jember untuk mendaftar di Cabang PT Flamboyan Gemajasa yang berada di Kecamatan Jenggawah Jember.

Satu sehari kemudian Devi langsung disuruh untuk mengurus paspor. Kemudian, satu minggu kemudian dia kembali ke Jember untuk praktik dan belajar bahasa selama 5 hari.

Tempat Devi belajar di rumah gurunya yang bernama Bu E bukan di tempat penampungan  PT. Setelah itu Devi pulang dan melakukan Interview di rumah melalui video call telefon seluler.

Warga Dusun Krajan Desa Kedunggebang itu menambahkan 15 hari kemudian pihak agency menelefon dan mengabarkan Devi mendapat 2 (Dua) majikan dan disuruh memilih.

Majikan pertama dengan pekerjaan mengurus 2 (Dua) anak kecil atau di majikan kedua dengan pekerjaan bersih-bersih. Devi pun memilih di majikan kedua untuk pekerjaan bersih-bersih .

Pihak calon majikan waktu itu juga sudah telefon dengan Devi dan sudah berunding untuk pembelian tiket keberangkatan. Pilihan tanggal disepakati yaitu  08 Januari 2023. Sebelum beragkat Devi juga pernah praktik dan belajar bahasa di rumah Bu Kh selama 3 hari.

Baca Juga  Bantuan Logistik Melimpah, Cak Thorik Berharap Bantuan Diarahkan Untuk Bahan Relokasi Rumah Warga

Setelah sampai  di negara penempatan yakni Singapura, Devi langsung diantarkan oleh Agency di rumah majikan. Sempat bekerja selama 4 hari tangan Devi mengalami sakit dan ngilu serta ditandai dengan bengkak di lengan sebelah kanan. Sempat diobati dengan minyak urut namun tetap tidak kunjung membaik. Tangan Devi tidak kuat apabila terus digunakan untuk bekerja.

Supriyono, menuturkan setiap kali Devi telfon dengan keluarganya selalu menangis dan merasa kesakitan di tangannya. Dia menelfon keluarganya menggunakan HP milik temannya yang juga merupakan PMI asal Jawa Barat sebab HP miliknya diminta dan disimpan oleh majikannya.

Pihak majikan Devi sudah mengantarkannya untuk berobat medis dengan dirontgen dan belum ada hasilnya.

Devi juga sudah menghubungi pihak agency namun pihak agency mengatakan tidak mau tahu dan peduli sebab dan jawaban Pak Pras pihak PT Flamboyan Gemajasa pun juga tidak peduli dengan permasalahan ini.

Akhirnya pihak keluarga dengan pendampingan Migrant CARE Banyuwangi mengadukan permasalahan yang terjadi ke kantor BP2MI Banyuwangi. Persoalan PMI atas nama Devi Anggar Sari asal desa Kedunggebang saat ini masih dalam proses penanganan.