Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, Rektor UIN Maliki Malang, memaparkan gagasan revolusioner Eco-Teologi di PustaKafe UM. Bagaimana konsep ini mengubah kampus menjadi pelopor gerakan hijau dan menyatukan spiritualitas dengan aksi nyata dalam menjaga lingkungan?
INDONESIAONLINE – Di tengah gemuruh wacana keberlanjutan global, sebuah gagasan revolusioner lahir dari rahim spiritualitas dan kesadaran ekologis. Senin, 6 Oktober 2025, PustaKafe Universitas Negeri Malang (UM) menjadi saksi bisu resonansi pemikiran Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.
Dalam forum bertajuk “Bincang Buku Eco-Teologi: Mewujudkan Green Campus dan Eco Pesantren,” Prof. Ilfi tak hanya memaparkan teorinya, melainkan menginspirasi sinergi lintas kampus untuk merawat bumi melalui iman dan aksi nyata.
Eco-Teologi: Ayat Tuhan dalam Setiap Helai Daun
Prof. Ilfi, yang dikenal sebagai pemikir visioner, menjelaskan konsep Eco-Teologi sebagai jembatan antara nilai-nilai keagamaan dan kepedulian ekologis. “Setiap helai daun adalah ayat Tuhan yang harus dijaga, bukan dieksploitasi,” tegasnya, merujuk pada prinsip bahwa spiritualitas harus menjadi fondasi gerakan lingkungan.
Gagasan ini melampaui retorika, menjelma menjadi program konkret di UIN Maliki Malang. Berdasarkan laporan keberlanjutan UIN Maliki tahun 2023, kampus tersebut telah mengimplementasikan penggunaan energi surya yang berhasil mengurangi emisi karbon hingga 15%, sistem pengelolaan sampah terpadu yang mendaur ulang lebih dari 60% limbah, serta integrasi isu lingkungan dalam 30% kurikulum dan riset mahasiswa.
Data dari UI GreenMetric World University Rankings 2024 menempatkan UIN Maliki Malang di peringkat 7 di antara Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesi untuk kategori kampus berkelanjutan.
“UIN Maliki Malang ingin menunjukkan wajah Islam yang progresif, ramah lingkungan, dan sejalan dengan tantangan global,” papar Prof. Ilfi.
UM Mengapresiasi, Memacu Perubahan
Pembukaan kegiatan oleh Wakil Rektor I UM, Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd., menggarisbawahi urgensi peran kampus sebagai agen perubahan ekologis. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi bukan hanya pusat ilmu, melainkan pelopor dalam menanamkan nilai kepedulian lingkungan.
“Prof. Ilfi bukan hanya rektor inspiratif, melainkan intelektual yang melahirkan gagasan cemerlang melalui Eco-Teologi,” puji Prof. Ibrahim, menambahkan bahwa buku tersebut adalah kontribusi vital bagi wacana akademik dan pemantik gerakan hijau di dunia kampus.
Diskusi yang dimoderatori oleh M. Kholilur Rohman, M.Pd., semakin hidup dengan ulasan mendalam dari Prof. Sumarmi, M.Pd., Guru Besar Geografi UM sekaligus Ketua UM Green Campus.
“Konsep Eco-Teologi ini strategis bagi masa depan perguruan tinggi,” ujarnya.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, sektor pendidikan berkontribusi sekitar 5% dari total emisi karbon nasional. Oleh karena itu, langkah-langkah seperti yang diusung Prof. Ilfi menjadi krusial dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Prof. Sumarmi menegaskan, gagasan ini bukan hanya tentang efisiensi energi, tetapi panduan komprehensif untuk menciptakan kampus lestari secara berkelanjutan.
Dialog Lintas Iman: Cinta Bumi Adalah Bahasa Universal
Momen paling menggugah terjadi saat seorang mahasiswa non-Muslim mempertanyakan implementasi Eco-Teologi dalam kepercayaannya. Dialog lintas iman yang mengalir deras memunculkan kesadaran universal: bahwa cinta pada bumi adalah bahasa universal yang melampaui batas agama dan keyakinan.
Penelitian oleh Pew Research Center (2022) menunjukkan bahwa 85% populasi global mengidentifikasi diri dengan suatu agama, dan mayoritas di antaranya meyakini pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari ajaran spiritual mereka.
Kehadiran tokoh literasi seperti Kepala UPT Perpustakaan UM, Dr. Nurenzia Yannuar, SS, MA, Ph.D., dan Ketua IKAPI Kota Malang, Gedeon Soerja Ardi, menegaskan pentingnya sinergi antara pendidikan, literasi, dan publikasi dalam menyebarkan gagasan hijau. Ini sejalan dengan data UNESCO (2023) yang menunjukkan bahwa buku dan publikasi ilmiah adalah salah satu medium paling efektif dalam meningkatkan kesadaran publik terhadap isu lingkungan.
Melalui forum ini, UIN Maliki Malang menegaskan posisinya bukan sekadar kampus religius, melainkan laboratorium etika ekologis yang hidup. Diskusi lintas kampus dan lintas iman ini menyalakan satu pesan besar: bahwa iman, ilmu, dan alam tidak bisa dipisahkan.
Dan di tengah semua itu, sosok Prof. Ilfi Nur Diana berdiri teguh, sebagai jembatan antara spiritualitas dan sains, antara kampus dan bumi, antara doa dan aksi nyata. Visinya menawarkan harapan dan arah baru bagi masa depan pendidikan dan keberlanjutan (AR/DNV).