INDONESIAONLINE – Kematian Besar yang memusnahkan lebih dari 90% spesies di Bumi sekitar 252 juta tahun lalu, mungkin diperparah oleh serangkaian peristiwa El Nino ekstrem. Demikian ungkap sebuah studi terbaru yang diterbitkan jurnal Science.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan mengaitkan Kematian Besar dengan letusan gunung berapi dahsyat di wilayah Perangkap Siberia. Letusan ini melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfer, memicu pemanasan global yang cepat dan pengasaman laut.
Namun, studi baru ini, yang dipimpin oleh para peneliti di Universitas Leeds dan Universitas Bristol, menunjukkan bahwa peristiwa El Nino yang intens dan berkepanjangan memperburuk dampak mematikan dari vulkanisme. El Nino adalah fenomena iklim yang ditandai dengan pemanasan abnormal air permukaan di Samudra Pasifik tropis.
“Temuan kami menunjukkan bahwa ini adalah krisis kepunahan berbasis iklim,” ujar Profesor Paul Wignall, ahli paleoenvironment dari Universitas Leeds dan salah satu penulis studi.
“Bukan hanya tentang pemanasan, tetapi juga tentang bagaimana iklim bereaksi terhadap pemanasan tersebut.”
Menggunakan model komputer canggih, tim peneliti merekonstruksi kondisi iklim global pada akhir periode Permian. Mereka menemukan bahwa seiring dengan meningkatnya suhu global, El Nino menjadi lebih sering, intens, dan tahan lama.
“Pada masa Kematian Besar, El Nino bisa berlangsung hingga 10 tahun,” jelas Alex Farnsworth, peneliti senior di Universitas Bristol dan penulis utama studi.
“Samudra Panthalassic, lautan luas yang jauh lebih besar daripada Samudra Pasifik saat ini menyimpan lebih banyak panas, memperkuat dan memperpanjang dampak El Nino.”
El Nino yang supercharged ini akan memicu siklus banjir dahsyat dan kekeringan yang meluas, memicu kebakaran hutan dan menghancurkan ekosistem di seluruh dunia. Kondisi ini sangat parah di daerah tropis, di mana suhu melonjak ke tingkat yang mematikan bagi banyak spesies.
Panas ekstrem ini kemudian menyebar ke garis lintang yang lebih tinggi, memusnahkan vegetasi dan melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer. Siklus mematikan ini mempercepat pemanasan global dan mendorong kepunahan lebih lanjut.
Meskipun Kematian Besar adalah peristiwa ekstrem yang didorong oleh vulkanisme yang belum pernah terjadi sebelumnya, studi ini menyoroti peran penting dinamika iklim dalam membentuk keparahan dan lintasan peristiwa kepunahan massal.
Temuan ini juga memiliki implikasi penting untuk memahami krisis iklim modern. El Nino saat ini sudah menyebabkan pemutihan terumbu karang, kematian massal ikan, dan peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia.
Studi ini menjadi pengingat yang serius tentang potensi bencana dari perubahan iklim yang tidak terkendali dan perlunya tindakan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi planet kita bagi generasi mendatang (bn/dnv)