Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata Diperpanjang Dua Hari

Hamas dan Israel Sepakat Gencatan Senjata Diperpanjang Dua Hari

INDONESIAONLINEIsrael dan Hamas sepakat memperpanjang gencatan senjata selama dua hari atau 48 jam di Gaza, terhitung mulai Senin (27/11) waktu setempat.

Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir ini dicapai usai masa gencatan senjata tahap pertama yang dimulai sejak Jumat (24/11) lalu, resmi berakhir pada Senin.

“Negara Qatar mengumumkan bahwa sebagai bagian dari mediasi yang sedang berlangsung, kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al Ansari di X sebelumnya Twitter, seperti dilansir AFP, Selasa (28/11/2023).

Gedung Putih menyambut baik hal itu. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby berharap warga Amerika akan termasuk ke dalam 20 sandera yang rencananya akan dibebaskan dalam masa perpanjangan gencatan senjata. Mengingat masih ada delapan hingga sembilan warga AS yang diyakini masih disandera.

“Kami akan terus berupaya memperpanjang jeda itu lagi. Pasti, itu yang kami inginkan. Kami ingin membebaskan semua sandera dan ini adalah cara terbaik untuk melakukannya,” kata Kirby.

Pada hari yang sama, pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan bahwa kelompoknya tengah menyusun daftar baru sandera yang akan dibebaskan “untuk memperpanjang gencatan senjata” dengan Israel.

Sebelumnya, seorang sumber Hamas mengatakan bahwa kelompok itu terbuka pada gagasan memperpanjang gencatan senjata “dua hingga empat hari” dengan imbalan pembebasan “20 sampai 40 tahanan Israel” pada saat itu.

Israel juga memberikan isyarat kesediaannya memperpanjang jeda pertempuran dan mengamankan lebih banyak pembebasan sandera, di tengah tekanan dari keluarga sandera dan negara-negara sekutunya.

Juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa mereka berharap “dapat menerima 50 sandera lagi selepas malam ini dalam upaya untuk membawa semua orang pulang.”

Selama jeda kemanusiaan dan beberapa minggu sebelumnya, Qatar dengan dukungan Amerika Serikat dan Mesir telah terlibat dalam negosiasi intensif untuk membangun dan memperpanjang gencatan senjata di Gaza.

Pada awal gencatan senjata, total sudah 50 sandera sipil terdiri dari perempuan dan anak-anak diperkirakan akan dibebaskan oleh Hamas. Sebagai imbalannya, 150 tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel akan dibebaskan dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza.

Selama tiga hari pertama, 39 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dengan imbalan 117 tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan antara kedua belah pihak.

Sebagai hasil dari negosiasi paralel yang dipimpin oleh negara Teluk tersebut, 17 warga Thailand, satu warga Filipina, dan satu warga negara ganda Rusia-Israel juga telah dibebaskan oleh militan Palestina.

Jumlah pembebasan yang ditetapkan sejauh ini merupakan yang terbesar sejak kelompok bersenjata Hamas menyerbu perbatasan militer Gaza pada 7 Oktober dan melancarkan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.

Israel mengatakan serangan itu menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil dan sekitar 240 lainnya disandera, di antaranya adalah orang lanjut usia dan anak-anak.

Sebagai tanggapan, Israel melancarkan pengeboman dan serangan darat tanpa henti di Gaza yang dikuasai Hamas. Menurut pemerintah Hamas, serangan itu telah menewaskan 15 ribu orang, ribuan di antaranya adalah anak-anak. (mut/hel)