INDONESIAONLINE – Suasana berbeda tampak pada pagelaran seni tradisi Tiban yang dilaksanakan di Lapangan Desa Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Pasalnya, dalam pagelaran seni tradisi cambuk berdarah itu, dihadiri sejumlah pejabat tingkat Kabupaten, salah satunya adalah direktur RSUD dr. Iskak Tulungagung, Supriyanto Dharmoredjo.

Saat dikonfirmasi, Supriyanto atau yang akrab disapa Dokter Pri itu mengatakan, bahwa dirinya telah ditunjuk oleh para jawara seni tradisi tiban Kabupaten Tulungagung sebagai pembina dari kesenian tradisional tiban. Penunjukannya sebagai pembina seni tradisi tiban, bertujuan agar seni tradisi asli Tulungagung ini bisa lebih maju lagi.

“Saya ditunjuk sebagai pembina. Saya mempunyai rencana untuk menyelenggarakan Tiban yang lebih baik lagi. Jadi event selanjutnya akan lebih baik, ada kejelasan sejarah dan filosofinya,” kata Dokter Pri. Minggu (31/7/2022).

Dia menjelaskan, dalam filosofi Jawa seni tradisi tiban adalah sebuah ritual untuk meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari budaya yang sudah lama ada itu, kalau diambil hikmahnya bagaimana upaya dari generasi penerus untuk menjaga dan melestarikan budaya itu.

Baca Juga  Konser Sonic/Panic: Gaungkan Darurat Iklim dan Kerusakan Alam

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa mengerti, menghargai dan menjaga budaya leluhur,” jelasnya.

Menurut Dokter Pri, budaya di Indonesia itu ada banyak sekali, dan semua budaya mengandung filosofi sendiri-sendiri di dalamnya, salah satunya adalah seni tradisi tiban. Melestarikan seni tradisi tiban adalah hak yang sangat bagus, karena bisa digunakan sebagai media menjaga solidaritas, menjaga sportifitas dan menjaga jiwa-jiwa kesatria bagi para generasi penerus.

Dengan seni budaya Tiban, diharapkan para generasi muda tidak mudah larut dari serbuan budaya asing, salah satunya adalah melalui permainan-permainan asing, game online dan lain-lain.

“Dengan seni tradisi tiban, kita menggali kembali  potensi lokal sebagai pijakan menuju masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.

Baca Juga  Kisah Cinta MMI Kumpulkan Koleksi Ribuan Piring Hitam

Karena sudah lama tidak dilaksanakan, sebut Dokter Pri, pagelaran seni tradisi tiban kali ini disambut dengan antusias masyarakat yang cukup tinggi, bahkan anak-anak yang berusia 10 tahun juga ikut mencintai seni tradisi tiban itu.

Sebagai pembina, dia berjanji akan menata lebih baik pagelaran seni tradisi tiban yang ada di Tulungagung sehingga edukasi sejarah dari seni tradisi tiban serta filosofinya bisa di ketahui oleh masyarakat khususnya para generasi muda.

Dan seni tradisi tiban tidak hanya dimaknai sebagai sebuah seni cambuk-cambukan antara 2 orang saja.

Sekedar informasi, dalam kegiatan pagelaran seni tiban itu, juga di hadiri oleh Wakil Ketua DPRD Tulungagung Ahmad Baharudin, Anggota DPRD Tulungagung Sumarno dan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Guntur Wahono serta Forkopimca Boyolangu dan Kepala Desa Wajak Lor.