INDONESIAONLINE – Beredarnya hoaks di media sosial yang menyebutkan hilangnya saldo rekening nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan tudingan penggunaan dana nasabah untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) Pemilu 2024, menimbulkan kekhawatiran di masyarakat.

Hal ini disampaikan Direktur Digital Economy Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda. Ia memperingatkan bahwa narasi ini berpotensi memicu rush money atau penarikan uang tunai di bank secara serentak dalam skala besar.

“Ini yang sangat mungkin terjadi memang ada rush money. Ada penarikan uang secara besar-besaran,” kata Nailul beberapa waktu lalu.

Dampak rush money tidak hanya merugikan BRI, tetapi juga menurunkan likuiditas perbankan secara keseluruhan. Hal ini berakibat pada penurunan nilai saham dan dampak sistemik pada perekonomian nasional.

Baca Juga  Jet tempur Amerika Serang Fasilitas Senjata Iran di Suriah

“Pasti likuiditas perbankan. Walaupun BRI baik secara likuiditas, tetapi ketika ada rush money akan menurunkan likuiditas,” ujar Nailul.

Likuiditas merupakan posisi kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo tepat waktu. Ketika likuiditas suatu bank menurun, maka akan berdampak pula pada sahamnya.

Dampak ini tidak hanya merugikan perusahaan perbankan, tetapi berpengaruh terhadap perekonomian negara. “Bisa dibilang ada dampak sistemik ketika kita hilang kepercayaan terhadap perbankan. Kalau mereka mengalami goncangan, otomatis ekonomi kita juga sedikit banyak kena,” jelas Nailul.

Hoaks ini memanfaatkan narasi bernuansa politik, dengan target nasabah BRI yang mayoritas berasal dari desa atau kalangan menengah ke bawah.

Baca Juga  Kominfo Buka Kesempatan Kolaborasi Amplifikasi Narasi Pemilu Damai 2024