Beranda

Ini Penjelasan BMKG soal Sudah Musim Kemarau tapi Masih Terjadi Hujan

Ini Penjelasan BMKG soal Sudah Musim Kemarau tapi Masih Terjadi Hujan
Hujan masih terjadi ketika sudah memasuki musim kemarau. (istock)

INDONESIAONLINE – Saat ini seluruh wilayah Jawa Timur sudah berada pada musim kemarau. Namun, sejumlah daerah sempat diguyur hujan  beberapa hari belakangan. Lantas, fenomena apakah yang sedang terjadi?

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan menegaskan bahwa seluruh wilayah di Jatim saat ini memang sudah berada pada musim kemarau. Dia juga mengakui terdapat peningkatan curah hujan di sejumlah daerah dalam sepekan belakangan.

“Adanya gangguan gelombang Ekuatorial Rossby dan Madden–Julian Oscillation (MJO) menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Jawa Timur pada periode 1-7 Juli 2024,” ungkap Taufiq Hermawan di Surabaya, Selasa (9/7/2024).

Beberapa daerah yang mengalami peningkatan curah hujan di antaranya Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Gresik, Kabupaten Blitar, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Tuban.

BMKG Juanda mengimbau masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap peningkatan kecepatan angin dan potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang.

Diharapkan juga masyarakat lebih mengantisipasi terhadap dampak yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang serta berkurangnya jarak pandang.

“Selain itu, kami mengimbau masyarakat untuk memanen air hujan sebagai salah satu langkah mitigasi menghadapi musim kemarau,” tandasnya.

Menurut Taufiq, pengumpulan air hujan dapat membantu mengurangi risiko kekurangan air serta mendukung konservasi air di daerah yang sering mengalami kekeringan. Perlu diketahui, fenomena hujan di musim kemarau tak hanya terjadi di Jatim.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, peningkatan curah hujan beberapa hari terakhir di wilayah barat Indonesia dipengaruhi oleh aktifnya fenomena atmosfer MJO, gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial.

“Sehingga berdasarkan analisis cuaca dan pengamatan perkembangan kondisi cuaca, sepekan ke depan masih terdapat potensi peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Indonesia meskipun telah memasuki musim kemarau,” kata Dwikorita.

Fenomena MJO yang saat ini aktif menyebabkan pergerakan atau propagasi kumpulan awan hujan dari Samudera Hindia sebelah timur Afrika bergerak di sepanjang khatulistiwa menuju Samudera Pasifik melintasi wilayah Indonesia. Umumnya, arak-arakan awan hujan ini masuk melalui wilayah barat menuju wilayah timur Indonesia.

Di sisi lain, dalam sepekan ke depan fenomena gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby Equatorial juga berpengaruh terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, baik di wilayah barat, tengah, dan timur, seperti sebagian wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.

Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia juga turut berkontribusi dalam menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Berdasarkan analisa tersebut, BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca bahwa diperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat petir dan angin kencang di sebagai wilayah Indonesia pada 8-14 Juli.

“Yaitu di sebagian besar wilayah Sumatera, sebagian Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Khusus Pulau Jawa akan mengalami penurunan potensi hujan mulai periode tanggal 11 Juli,” imbuhnya.

Dwikorita menambahkan, fenomena hujan di musim kemarau tidak lepas dari letak geografis wilayah Indonesia. Indonesia berada di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, sekaligus pertemuan di antara dua samudera besar, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

“Fenomena iklim dan cuaca di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dinamika cuaca yang beragam. Selama musim kemarau, adanya potensi gangguan seperti MJO (Madden-Julian Oscillation) dan gelombang atmosfer lainnya tetap dapat menyebabkan pembentukan awan hujan” jelasnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan bahwa peningkatan curah hujan akibat gangguan fenomena atmosfer tidak akan terjadi berhari-hari dan diprediksi hanya 1-3 hari di setiap wilayah. Saat ini wilayah Jakarta, Banten, yang pada pekan kemarin diguyur hujan lebat saat ini sudah mulai cerah kembali.

“Kondisi tersebut diprediksi akan menurun. Wilayah Jawa, Banten, Bali, dan Nusa Tenggara akan kembali mengalami kondisi musim kemarau yang normal,” ujar Guswanto. (mca/hel)

Exit mobile version