Ini Wilayah Indonesia yang Berpotensi Alami Kekeringan hingga Akhir September 

Ini Wilayah Indonesia yang Berpotensi Alami Kekeringan hingga Akhir September 

INDONESIAONLINE – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami kekeringan hingga akhir September.

Fenomena ini diperkirakan akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga ketersediaan air bersih.

Wilayah mana saja yang berpotensi terdampak dan upaya mitigasi yang dapat dilakukan?  Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa mayoritas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami hari tanpa hujan (HTH) sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang. Selain itu, berdasarkan analisis curah hujan dan sifat hujan yang dilakukan BMKG, kondisi kering sudah mulai memasuki wilayah Indonesia, khususnya di bagian selatan Khatulistiwa.

“Sebagian wilayah Indonesia sebanyak 19% dari zona musim sudah masuk musim kemarau. Diprediksi sebagian besar wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara segera menyusul memasuki musim kemarau dalam tiga dasarian ke depan. Kondisi kekeringan ini saat musim kemarau akan mendominasi wilayah Indonesia sampai akhir bulan September,” terang Dwikorita, dilansir rilis resmi BMKG, Jumat (31/5).

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan hingga dasarian II Mei 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik menunjukkan indeks ENSO sebesar +0.21 atau dalam kondisi netral. Kondisi indeks ENSO sudah berada pada level netral selama dua dasarian, dan diprediksi akan terus netral sampai periode Juni-Juli 2024.

Selanjutnya, pada periode Juli-Agustus-September 2024, ENSO Netral diprediksi akan beralih menuju fase La Nina lemah yang akan bertahan hingga akhir tahun 2024. Fenomena La Nina lemah ini diprediksi tidak berdampak pada musim kemarau yang akan segera hadir. Sedangkan di Samudera Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral namun ada kecenderungan beralih ke fase IOD positif.

Melihat fakta tersebut, menurut Ardhasena, daerah dengan potensi curah hujan bulanan sangat rendah dengan kategori kurang dari 50mm per bulan. Sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mitigasi dan antisipasi dampak kekeringan. Berikut ini daerah yang berpotensi mengalami kekeringan hingga akhir September 2024.

• Pulau Sumatera

• Pulau Jawa

• Kalimantan Barat

• Kalimantan Utara

• Bali dan Nusa Tenggara

• Sebagian Pulau Sulawesi

• Sebagian Maluku dan Papua.

Untuk mengantisipasi kondisi iklim dan kesiapsiagaan kekeringan 2024 itu, BMKG akan menerapkan operasi modifikasi cuaca (OMC). Kegiatan OMC tersebut dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan awan hujan pada periode transisi sebelum memasuki puncak kemarau. Sehingga bisa mengisi tampungan air atau waduk di daerah yang berpotensi mengalami kekeringan.

Untuk penerapan OMC, BMKG melalui Deputi Modifikasi Cuaca menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan TNI Angkatan Udara. Penerapan OMC tersebut akan dilakukan secara serempak di Pulau Jawa.

Adapun langkah OMC dilakukan dengan mengisi air di 35 waduk guna mengamankan pasokan air. Terutama pada jaringan irigasi pertanian, sehingga dapat mencukupi kebutuhan air selama musim kemarau.

Untuk diketahui, kegiatan OMC untuk mengisi waduk-waduk di Pulau Jawa dijadwalkan mulai dilakukan pada 30 Mei hingga 10 Juni 2024 yang meliputi 4 posko. Di antaranya posko yang berlokasi di Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya.

Menurut BMKG, operasi OMC didukung 4 pesawat jenis CASA 212 milik TNI AU dari Lanud Abd. Rahman Saleh Malang. Setiap posko akan bertanggungjawab untuk mengisi waduk/bendungan yang masuk dalam area jangkauan posko tersebut.

“Posko Bandung akan ditempatkan di Lanud Husein Sastranegara dan bertanggungjawab untuk pengisian waduk di wilayah Jawa Barat. Posko Jakarta akan ditempatkan di Lanud Halim Perdana Kusuma dan bertanggungjawab terhadap pengisian waduk di Sebagian wilayah Jawa Barat dan Banten. Posko Solo akan ditempatkan di Lanud Adi Sumarmo dan bertanggungjawab terhadap pengisian waduk di wilayah Jawa Tengah. Posko Surabaya akan ditempatkan di Lanud Muljono dan bertanggungjawab untuk pengisian waduk di wilayah Jawa Timur,” jelasnya.

Pelaksanaan OMC ini sesuai dengan arahan dari Menteri PUPR yang akan menjadikannya sebagai Pilot Project untuk pelaksanaan operasi modifikasi cuaca lain di seluruh waduk-waduk yang ada Indonesia. Tujuan utama dilakukannya OMC di waduk-waduk ini selain untuk antisipasi kekeringan adalah untuk mendukung program ketahanan pangan dari pemerintah.

Sementara itu, Plt Deputi Modifiaksi Cuaca BMKG Dr Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca di Pulau Jawa dilakukan secara serempak. Mengingat sempitnya window of opportunity (peluang) pertumbuhan awan yang masih memungkinkan untuk disemai agar menjadi hujan.

Pihaknya juga mengimbau kepada pemerintah daerah yang masih dalam masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau, untuk dapat segera mengoptimalkan secara lebih masif upaya untuk memanen air hujan. Pemanenan dapat dilakukan melalui tandon-tandon/ tampungan-tampungan air, embung-embung, kolam-kolam retensi, sumur-sumur resapan, dan lain sebagainya seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah yang sedang dilakukan. (bin/hel)