JATIMTIMES – Beberapa negara di dunia ternyata diklaim sangat rawan dengan adanya kekerasan berbasis agama. Sebuah studi dari lembaga yang berbasis di California, Open Doors USA, beru saja merilis peringkat negara yang melakukan penganiayaan berbasis agama pada Rabu (19/1/2022). 

Dalam daftar tersebut, ada negara-negara besar mulai dari China hingga India. Menurut laporan itu, umat Kristen adalah kelompok yang paling teraniaya di dunia. 

Berdasarkan riset, terdapat 360 juta orang Kristen meyakini mereka terancam mengalami penganiayaan dari Hindu radikal atau Muslim. Dari jumlah itu, lebih dari 312 juta orang Kristen mengalami penganiayaan tingkat ekstrem. 

Bisa diartikan 1 dari 7 orang Kristen di dunia mengalami kekerasan ekstrem. Berikut 5 negara yang melakukan penganiayaan agama menurut Open Doors, dan lembaga lain yang menyoroti kekerasan berbasis agama: 

1. Afghanistan

Afghanistan berada di posisi pertama soal kekerasan berbasis agama setelah Taliban berhasil mengambil alih negara itu pada 15 Agustus 2021 lalu. Menurut laporan dari Open Doors USA, umat Kristen di Afghanistan menjadi kelompok paling sering mengalami kekerasan.

“Setiap orang Kristen di Afghanistan bersembunyi atau dalam pelarian,” kata Presiden dan CEO Open Doors USA, David Curry, dikutip dari Newsweek.

Alasan utama orang Kristen melarikan diri dari negara tersebut yakni untuk melindungi keluarga mereka. Sebab, Taliban mengetuk setiap pintu rumah dan menculik gadis untuk dinikahkan dengan anggota mereka.

“Perempuan Kristen, adalah kelompok paling rentan di dunia saat ini,” lanjut Curry.

2. Korea Utara

Di posisi kedua ada negara Korea Utara. Menurut data, 60 persen penduduk Korut atheis, sisanya beragama Budha, dan Kristen.

Baca Juga  Prancis Kembali Rusuh, Satu Bank Dibakar

Menurut laporan tersebut, diperkirakan sekitar 50 ribu hingga 70 ribu warga di penjara karena menjadi Kristen. Pada Mei lalu, Christian Solidarity Worldwide (CSW) melaporkan sekitar ada 200 ribu orang Kristen berada di kamp penahanan, karena agamanya.

Menurut Database Center for North Korean Human Rights (NKDB), melaporkan 1.411 kasus kekerasan berkaitan dengan keagamaan dan kepercayaan dilakukan otoritas Korut. Jumlah tersebut termasuk 126 pembunuhan, dan 94 penghilangan paksa.

Berdasarkan penuturan pembelot Korut yang di Korsel dan LSM mengatakan pemerintah memang sering menerapkan kebijakan yang menangkap atau menghukum anggota keluarga Kristen.

“Jika orang Korea Utara ditemukan, mereka (akan) dideportasi ke kamp kerja paksa sebagai penjahat politik atau bahkan dibunuh di tempat,” demikian laporan Open Doors USA.

3. India

Disusul oleh negara India, warga di sana dikecam karena membiarkan kelompok radikal Hindu menargetkan minoritas Muslim dan Kristen di negara itu. Beberapa kekerasan itu diantaranya, seruan dari salah satu pemeluk hindu untuk membantai umat Muslim, menghancurkan patung yesus dan ornamen sinterklas saat Natal.

“Massa menyerang gereja, tahanan di penjara tanpa pengadilan. Mereka juga menindak agama Islam. Saya rasa ini bukan pertanda baik,” kata Curry.

Kekerasan berbasis agama di India meningkat sejak dipimpin oleh Narendra Modi, yang juga pemimpin partai Bharatiya Janata (BJP). Dalam Hindu India, ada kelompok Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS). 

Kelompok tersebut didirikan pada 1927 oleh orang-orang yang tergila-gila dengan fasis Mussolini. RSS merupakan organisasi induk supremasi Hindu atau disebut dengan Hindutva.

Kelompok ini memiliki setidaknya 4 juta sukarelawan, yang bersumpah setia dan mengambil bagian dalam latihan paramiliter. Kemudian pada 1948 Mahatma Gandhi ditembak mati oleh anggota RSS, meskipun mereka mengklaim pelaku meninggalkan organisasi di tahun yang sama.

Baca Juga  Diundang Hamas, Elon Musk Menolak Datang

RSS tidak begitu saja terlibat dalam politik elektoral. Namun salah satu kelompok afiliasinya yakni partai Bharatiya Janata (BJP). 

Partai itu memerintah India selama 6 tahun terakhir, di bawah perdana menteri Narendra Modi. Di pemerintahannya, ia mengubah India menjadi negara nasionalis Hindu yang otoriter.

4. Myanmar

Kemudian ada Myanmar, hal ini terjadi usai militer melancarkan kudeta pada Februari 2021 lalu. Sebelum kudeta pada 2017, 700 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh menyusul adanya pembersihan etnis dan tindak kejam lain yang dilakukan otoritas Myanmar.

Rohingya yang tersisa dan terus menghadapi penindasan, pembatasan kebebasan bergerak. Mereka juga dibatasi akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan mata pencaharian berdasarkan etnis, agama, dan status kewarganegaraan.

5. China

Terakhir yakni negara China. Menurut Curry, potensi kejahatan China begitu mengerikan sehingga negara Barat harus menggunakan momen Olimpiade Musim Dingin Beijing untuk memperingatkan pelanggaran yang mereka lakukan.

Kekerasan agama yang disoroti yaitu tindakan China terhadap muslim Uighur. Mereka bahkan di tahan di kamp yang disebut ‘penjara’ alih-alih kamp penahanan.

Mereka yang ada di kamp tersebut sering mengalami kekerasan, penyiksaan, hingga perkosaan oleh otoritas China. China memang kerap dikecam atas tindakan mereka terhadap muslim Uighur di kamp penahanan. Beijing mengklaim penahanan itu adalah kamp pelatihan untuk mengurangi paham radikalisme.



Desi Kris