Jadi Rujukan dan Terlengkap, Pelayanan RSD Soebandi Ternyata Masih Jauh dari Ideal

Jadi Rujukan dan Terlengkap, Pelayanan RSD Soebandi Ternyata Masih Jauh dari Ideal
Plt Direktur RSD dr. Soebandi Jember, dr. I Nyoman Semita, mengungkapkan bahwa meskipun menjadi rumah sakit rujukan terlengkap di wilayah Tapal Kuda dan Lumajang, fasilitas dan tenaga medisnya masih jauh dari ideal (jtn/io)

Plt Direktur RSD dr. Soebandi Jember, dr. I Nyoman Semita, mengungkapkan bahwa meskipun menjadi rumah sakit rujukan terlengkap di wilayah Tapal Kuda dan Lumajang, fasilitas dan tenaga medisnya masih jauh dari ideal untuk melayani 8,5 juta penduduk.

INDONESIAONLINE – Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember, yang merupakan rumah sakit rujukan utama bagi lima kabupaten di wilayah Jawa Timur bagian timur (Tapal Kuda dan Lumajang), menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan layanan kesehatan bagi jutaan penduduk.

Meskipun diakui sebagai fasilitas medis paling lengkap di antara Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, dan Situbondo, kapasitasnya dinilai masih jauh dari ideal.

Hal ini diungkapkan oleh Plt Direktur RSD dr. Soebandi Jember, dr. I Nyoman Semita, kepada wartawan saat acara peluncuran program Gus’e Peduli Kesehatan pada Minggu (6/7/2025). Menurutnya, kesenjangan antara fasilitas yang ada dengan jumlah populasi yang harus dilayani sangat signifikan.

Kesenjangan Fasilitas dan Populasi

Dr. Nyoman menjelaskan bahwa RSD dr. Soebandi memang memiliki peralatan medis dan jumlah dokter spesialis terbanyak di wilayahnya. Namun, statusnya sebagai rumah sakit rujukan yang mencakup populasi sekitar 8,5 juta jiwa (2 juta lebih dari Jember sendiri, ditambah penduduk empat kabupaten lainnya) menuntut peningkatan fasilitas yang lebih masif.

“Memang kondisi Rumah Sakit Soebandi memiliki peralatan medis yang paling lengkap. Juga memiliki dokter spesialis paling banyak. Namun sebagai rumah sakit rujukan di Jatim wilayah timur, fasilitas tersebut perlu ditingkatkan lagi,” ujar dr. Nyoman.

Untuk menggambarkan skala kebutuhan, dr. Nyoman membandingkan RSD dr. Soebandi dengan rumah sakit di Buleleng, Bali, yang memiliki luas dan fasilitas hampir serupa, namun hanya melayani sekitar 300 ribu jiwa.

“Sedangkan Jember sendiri memiliki penduduk 2 juta lebih, ditambah 5 kabupaten sekitar, sekitar 8,5 juta jiwa. Ini setara dengan penduduk di Provinsi Sumatera Selatan. Seharusnya rumah sakit ini setara dengan Rumah Sakit Moh. Husein di Palembang,” jelasnya.

Idealnya, menurut dr. Nyoman, untuk rumah sakit rujukan yang meng-cover lebih dari 8 juta penduduk, RSD dr. Soebandi harus dibangun hingga 7 lantai dengan berbagai ruang pengobatan yang memadai, didukung peralatan modern, demi menciptakan ketahanan kesehatan yang kuat di wilayah tersebut.

“Malah angan-angan saya harusnya 7 lantai dengan berbagai ruang pengobatan. Apalagi ada puluhan dokter spesialis yang ada di rumah sakit ini,” tambahnya.

Kekurangan Tenaga Medis

Selain fasilitas, jumlah tenaga medis di rumah sakit milik Pemkab Jember ini juga menjadi sorotan. Saat ini, RSD dr. Soebandi memiliki sekitar 2.000 tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat. Angka ini dinilai sangat kurang untuk melayani volume pasien dari lima kabupaten.

“Idealnya ada 4 ribu tenaga medisnya. Namun kami terkendala biaya operasional, terutama honor tenaga medis,” ungkap dr. Nyoman, menyoroti kendala finansial yang dihadapi.

Kondisi ini sejalan dengan pernyataan Bupati Jember, Muhammad Fawait, yang menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan di Pemkab Jember. Oleh karena itu, pihak RSD dr. Soebandi dituntut untuk mencari terobosan agar rumah sakit kebanggaan Pemkab Jember ini dapat berkembang lebih besar dan optimal.

“Yang jelas kami harus meningkatkan layanan, yang tentunya akan berdampak pada kondisi rumah sakit yang statusnya menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah),” pungkas dr. Nyoman, mengindikasikan bahwa peningkatan layanan dan status BLUD menjadi fokus utama untuk mengatasi tantangan yang ada (mam/dnv).