Jawa Timur Gerbang Nusantara Baru, Ini Konsep dan Tantangannya

Jawa Timur Gerbang Nusantara Baru, Ini Konsep dan Tantangannya
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, salah satu andalan Jatim menuju Gerbang Nusantara Baru. (foto: kominfo jatim)

INDONESIAONLINE –  Jawa Timur (Jatim) sudah menahbiskan diri sebagai Gerbang Nusantara Baru. Di tengah pro kontra mengenai kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN ), konsep Jatim sebagai Gerbang Nusantara Baru tetap digaungkan.

Hal tersebut beberapa kali disinggung oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak. Dalam halalbihalal bersama aparatur sipil negara (ASN) Pemprov Jatim, Selasa (8/4/2025), dan halalbihalal bersama kepala daerah se-Jatim Rabu (9/4/2025) kemarin, konsep Jatim sebagai Gerbang Nusantara Baru kembali disinggung.

Lantas, seperti apa masterplan Jatim sebagai Gerbang Nusantara Baru? Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak memaparkan, konsep tersebut berangkat dari kerangka berpikir bahwa Jatim sebagai hub logistik utama kawasan timur Indonesia yang mendukung keberadaan IKN.

Dikatakannya, saat ini sebanyak 19 dari 39 rute tol laut sudah dilayani di Jatim. Dia bilang, Pelabuhan Tanjung Perak sudah menjadi salah satu pengirim utama komoditas, terutama di wilayah timur Indonesia.

“Keberadaan Jatim akan memperkuat konektivitas dengan kawasan timur Indonesia via jalur laut dan udara. Jatim akan mengembangkan industri yang sinergis dengan grand design rantai pasok hilirisasi dan gerbang perdagangan domestik ekspor dan impor,” jelasnya.

Tak hanya itu. Jatim juga juga menjadi salah satu gerbang ekspor yang sangat strategis. Jatim menjadi penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian di seluruh Indonesia. Emil menyebut, dari 38 provinsi di seluruh Indonesia, seperenam ekonomi Indonesia ditopang oleh Jatim.

“Jatim sebagai lokomotif perekonomian nasional menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua di Indonesia sebesar 14,39 persen dan menyumbang 25,23 persen PDRB terbesar kedua di Pulau Jawa,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Emil menuturkan bahwa Jatim juga ramah terhadap industri dan investasi. Jatim memiliki pengelolaan limbah B3 di Dawarblandong, Mojokerto, yang memungkinkan industri lebih mudah dalam menjalankan operasionalnya.

“Yang dulunya di Jawa Timur tidak ada, di provinsi lain tidak ada. Hanya ada di Jawa Barat. Sekarang Jawa Timur sudah memiliki bukan hanya satu, bahkan dua fasilitas untuk limbah B3. Sehingga industri kalau berada di Jawa Timur tidak perlu pusing mau ngirim ke mana untuk limbah B3-nya,” urainya.

Kendati demikian, dia mengakui terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi Jatim. Ini tidak lepas dari adanya pembangunan di daerah lain, yang juga berdampak pada rantai pasok dan pola produksi di Jatim.

“Dulu kalau daerah di luar Jawa menghasilkan getah pinus, getah pinusnya dikirim ke Jawa Timur diolah menjadi gondorukem, diolah menjadi terpentin. Hari ini mereka membuat sendiri pabrik gondorukem dan pabrik terpentinnya. Kita sudah sulit untuk membeli getah pinus ke Jawa Timur,” tandasnya.

“Kita tidak bisa sekedar duduk manis karena Papua ingin maju, Kalimantan ingin maju, Sulawesi ingin maju, NTB Balinusra ingin maju, Sumatera ini maju,” lanjut Emil Dardak.

Kendati demikian, dia menegaskan bahwa Jatim memiliki potensi yang besar untuk terus maju. Emil mengungkapkan keyakinannya bahwa Jatim akan menjadi gerbang baru bagi perekonomian Nusantara melalui implementasi Nawa Bhakti Satya.

“Kita akan berupaya menjadi gerbang untuk perekonomian Nusantara melalui Nawa Bhakti Satya Jilid 2. Kita harus jadi Orkestrator pembangunan dan ekonomi nasional,” pungkasnya. (mca/hel)