INDONESIAONLINE – Pengrajin dupa di Dusun Bedali, Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang tak bisa merasakan euforia menjelang perayaan Imlek di tahun ini. Sebab, penjualan dupa sejak ada pandemi covid-19 mengalami penurunan.

Salah satu pengrajin dupa di Dusun Bedali, Desa Dalisodo, Giman mengaku sejak dua tahun lalu atau tepatnya awal ada Covid-19, penjualan dupa di rumah produksinya menurun drastis. Salah satu faktor penyebab turunnya pemesanan dupa di desanya lantaran di Bali saat ini mulai bermunculan perusahaan produksi dupa.

“Di sana (sudah mulai) banyak mesin. Sudah banyak orang bikin (dupa). Biasanya perayaan Galungan, Nyepi, Imlek meningkat, tapi kali ini biasa saja,” kata Giman saat ditemui di rumahnya, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga  DIY menjadi Provinsi Termiskin di Pulau Jawa

Menurunnya penjualan tak membuat Giman menyerah. Bahkan saat ini dia terus melakukan inovasi agar produksi dupanya dapat dilirik oleh konsumen. Dari pengakuan Giman, sebelumnya ia hanya memproduksi dupa setengah jadi atau mentahan. Namun kini ia mulai membuat dupa jadi atau yang sudah dilengkapi aroma pewangi.

Giman pun sempat menunjukkan beberapa produk dupa yang sudah jadi. Di situ dia mengaku sudah memiliki produk yang beraroma pewangi. Mulai dari Melati, Jasmin, Cempaka, Cendana dan lain-lain. Bahkan harganya pun cukup terjangkau mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 25 ribu per renteng.

“Tahun 2017 saya mulai mencoba membuat dupa pewangi. Tapi baru sukses tahun lalu. Karena saya harus belajar membaca karakter minyak pewangi. Ini demi mengikuti pasar,” ungkap Giman.

Baca Juga  Seolah Tak Terdampak Pandemi, Usaha Cafe di Kota Mojokerto Bermunculan

Bahkan, Giman saat ini sudah mulai merambah pasar dunia maya atau online. Karena menurutnya, saat ini industri selalu mengikuti perkembangan zaman. “Untuk penjualan saat ini saya sudah mulai di online. Karena kalau tetap konvensional saya rasa sulit untuk berkembang,“ jelas Giman.



Hendra Saputra