Beranda
Tekno  

Jerome Polin Shock Naik Taksi Tanpa Supir di Amerika

Jerome Polin Shock Naik Taksi Tanpa Supir di Amerika
Penampakan kendaraan otonom/tanpa supir di Amerika Serikat (Ist)

INDONESIAONLINE – Demam taksi tanpa supir atau kendaraan otonom kian mencengkeram Amerika Serikat, dan kali ini giliran YouTuber ternama Indonesia, Jerome Polin, yang merasakan langsung sensasi “masa depan” ini. Reaksi terkejutnya saat pertama kali menaiki taksi tanpa pengemudi diabadikan dalam video singkat yang viral di media sosial, memicu gelombang rasa penasaran warganet Tanah Air terhadap kecanggihan teknologi yang sebelumnya hanya mereka lihat di film fiksi ilmiah.

Dalam video yang dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, Jerome tak dapat menyembunyikan ekspresi keheranannya ketika sebuah mobil tanpa seorang pun di kursi kemudi berhenti untuk menjemputnya dan teman-teman.

“Buset, ini beneran nggak ada supirnya?” celetuk Jerome, matanya membulat, gestur khasnya yang selalu berhasil menghibur sekaligus mengundang rasa ingin tahu.

Momen spontan ini menjadi magnet bagi netizen Indonesia, memicu perbincangan hangat tentang realitas transportasi masa depan yang kini terasa semakin dekat.

Menelisik Jeroan Teknologi Kendaraan Otonom

Seiring mobil melaju tanpa sentuhan tangan manusia di kemudi, rasa heran Jerome bertransformasi menjadi kekaguman. Sepanjang perjalanan, ia tak henti-hentinya mengamati interior mobil, mencoba memahami sistem kendali canggih yang bekerja di balik layar.

“Ini benar-benar kayak di masa depan sih. Gila, teknologinya udah secanggih ini,” ungkapnya dalam video.

Pengalaman Jerome bukan sekadar konten hiburan semata. Ia menjadi representasi dari banyak orang yang penasaran dan mungkin sedikit skeptis terhadap teknologi kendaraan otonom.

Melalui unggahannya, Jerome membuka jendela bagi masyarakat luas untuk melihat secara langsung bagaimana mobil yang dikendalikan oleh kecerdasan buatan (AI) dan sensor-sensor canggih ini beroperasi.

“Asli, teknologi dan AI makin canggih dan ngeri. Mungkin beberapa tahun lagi bahkan pekerjaan driver udah nggak ada,” tulis Jerome dalam keterangan videonya.

Meskipun pengalaman Jerome terasa futuristik, ide mobil tanpa pengemudi sebenarnya bukan barang baru. Konsep ini telah diimpikan sejak satu abad lalu, tepatnya pada era 1920-an.

Eksperimen serius terkait automated driving systems (ADS) mulai digalakkan pada 1950-an. Pencapaian signifikan terjadi di Jepang pada tahun 1977, ketika Tsukuba Mechanical Engineering Laboratory berhasil menciptakan mobil otonom pertama yang berfungsi menggunakan kamera dan komputer analog, melaju dengan kecepatan 30 km/jam—sebuah terobosan luar biasa di zamannya.

Kini, mimpi itu menjadi kenyataan. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Waymo (anak perusahaan Google), Tesla, Uber, dan Lyft berlomba-lomba mengembangkan dan menguji coba taksi tanpa supir di berbagai kota di Amerika Serikat. Bahkan, layanan taksi otonom Waymo sudah beroperasi 24 jam penuh di beberapa wilayah, memberikan gambaran nyata tentang masa depan transportasi yang tak lagi bergantung pada pengemudi manusia.

Potensi Dahsyat Kendaraan Otonom: Lebih dari Sekadar Tren Teknologi

Kendaraan otonom menjanjikan segudang manfaat. Dari sisi keselamatan, studi dari McKinsey & Company memprediksi potensi penurunan kecelakaan lalu lintas hingga 90% di Amerika Serikat, berpotensi menghemat miliaran dolar dari biaya perbaikan dan layanan kesehatan.

Ini bukan isapan jempol belaka, mengingat mayoritas kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, seperti reaksi lambat, gangguan, atau pelanggaran aturan.

Selain keselamatan, efisiensi bahan bakar dan dampak lingkungan juga menjadi daya tarik utama. Kendaraan otonom mampu mengoptimalkan sistem penggerak, mengurangi konsumsi bahan bakar, dan berpotensi menekan emisi gas rumah kaca dalam jangka panjang. Sistem akselerasi dan pengereman yang lebih halus juga berkontribusi pada penghematan energi.

Namun, jalan menuju era kendaraan otonom sepenuhnya tidaklah lurus dan mulus. Insiden tragis pada 2018, ketika kendaraan otonom Uber menabrak pejalan kaki di Arizona, menjadi pengingat bahwa teknologi ini masih memiliki celah keamanan yang perlu disempurnakan.

Keamanan siber, kemampuan menghadapi cuaca ekstrem, dan kondisi jalan yang kompleks juga menjadi tantangan teknis yang harus diatasi.

Dari sisi sosial dan regulasi, banyak negara, termasuk Indonesia, belum memiliki aturan khusus mengenai kendaraan tanpa pengemudi. Dampak terhadap tenaga kerja, terutama jutaan pengemudi profesional, juga menjadi isu sensitif yang perlu diantisipasi. Pergantian pekerjaan di sektor transportasi mungkin tak terhindarkan jika kendaraan otonom semakin meluas.

Belajar dari Pengalaman Jerome Polin di Amerika

Di Indonesia, diskusi tentang kendaraan otonom mulai mencuat, terutama dalam konteks inovasi dan transportasi masa depan. Pameran Gaikindo pada 2018 sempat menampilkan inovasi terkait kendaraan otomatis. Namun, kondisi lalu lintas yang padat dan infrastruktur jalan yang belum ideal menjadi tantangan tersendiri untuk penerapan teknologi ini di Tanah Air.

Pengalaman Jerome Polin menaiki taksi tanpa supir di Amerika Serikat, meski terlihat jauh dari realitas Indonesia saat ini, setidaknya membuka wawasan masyarakat tentang potensi dan realitas teknologi yang dulunya hanya ada di film.

Reaksi “shock” dan kagum Jerome adalah cerminan dari antusiasme sekaligus pertanyaan besar yang ada di benak banyak orang: Apakah ini benar-benar masa depan transportasi? Dan jika iya, sejauh mana Indonesia siap menyambut era kemudi kosong ini? (bn/dnv).

Exit mobile version