Juri Ardiantoro: Partai Prima Paling Beruntung di Dunia: Masuk Kabinet Prabowo Tanpa Pemilu 2024

Juri Ardiantoro: Partai Prima Paling Beruntung di Dunia: Masuk Kabinet Prabowo Tanpa Pemilu 2024
Agus Jabo (Ketua Umum Prima yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Sosial (Ist)

INDONESIAONLINE – Sebuah fenomena politik tak lazim menjadi sorotan saat Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg) Juri Ardiantoro secara blak-blakan menyebut Partai Rakyat Adil Makmur (Prima) sebagai “partai paling beruntung di dunia saat ini”. Pernyataan kontroversial ini dilontarkan Juri dalam acara Kongres Harlah ke-4 Prima di Jakarta Pusat, Minggu (1/6/2025) kemarin.

Juri mendasari klaimnya tersebut pada fakta unik: Partai Prima, yang tidak ikut serta dalam kontestasi Pemilu 2024, justru diyakini akan menempati posisi strategis dalam pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

“Ternyata yang berkuasa sekarang ini bukan cuma Gerindra, tapi juga Partai Prima. Mungkin kalau dicari di belahan dunia mana pun, partai yang tidak ikut pemilu (tapi) ikut berkuasa, mungkin hanya ada di sini,” tegas Juri di hadapan kader dan simpatisan Prima.

Daftar Nama Prima di Pemerintahan

Dalam pidatonya, Juri bahkan merinci nama-nama kader dan simpatisan Prima yang ia klaim telah menduduki atau akan menduduki kursi-kursi penting di eksekutif. Mereka antara lain:

  • Agus Jabo (Ketua Umum Prima): Diangkat sebagai Wakil Menteri Sosial.

  • Mugi: Wakil Menteri HAM.

  • Pigai: Menteri HAM.

  • Nezar: Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi).

  • Budiman: Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan.

  • Faisol Riza: Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin).

“Ketua umumnya (Agus Jabo) menjabat sebagai wakil menteri Sosial, menduduki kursi pemerintahan. Simpatisan partai ini banyak sekali di pemerintahan,” ujar Juri.

Fenomena Unik yang Patut Dicatat Sejarah

Menurut Juri, fenomena Prima ini layak dicatat dalam lembaran sejarah politik Indonesia. Betapa tidak, partai ini berhasil menancapkan pengaruh tanpa melalui hiruk-pikuk kampanye, biaya besar, dan “kepusingan” yang dialami partai-partai peserta pemilu.

“Ini patut ditulis dalam sejarah politik Indonesia. Partai tidak ikut pemilu, tapi ikut berkuasa. Bayangkan kalau kalkulasi teman-teman dipakai, berapa modal ikut pemilu, berapa pusing kita dapatkan. Maka partai paling beruntung di dunia ini sekarang adalah Partai Prima,” jelas Juri, menyoroti efisiensi politik yang diraih Prima.

Juri enggan menyebut Prima sebagai partai kecil, melainkan partai yang baru tumbuh. Ia bahkan menyempatkan diri mendoakan agar suatu saat nanti Ketua Umum Prima, Agus Jabo, bisa menjadi Wakil Presiden, bukan hanya sebatas Wakil Menteri Sosial.

Mengingat kedekatannya dengan sejumlah tokoh Prima sejak era aktivis 80-an dan 90-an, Juri juga berbagi anekdot masa lalu mereka. “Saya kebetulan salah satu yang banyak bergaul dengan teman-teman aktivis 80, 90-an. Jadi kita tahu para pejabat ini dulunya seperti apa… Jangankan makan pakai nasi, makan mi saja patungan. Dimasak di atas bungkus kemudian bagi-bagi dengan teman yang lain. Sekarang jadi wamen bagi-bagi mi ke masyarakat Indonesia,” kenangnya.

Pernyataan Juri Ardiantoro ini sontak memicu perdebatan di kalangan pengamat politik mengenai dinamika koalisi dan jalur kekuasaan non-elektoral dalam sistem politik Indonesia pasca-Pemilu 2024.