Kisah Ashabul Aikah, Kaum yang Diazab Allah di Zaman Nabi Syu’aib

INDONESIAONLINE – Zaman Nabi Syu’aib AS, ada kaum bernama Ashabul Aikah.  Penduduk Ashabul Aikah  kemudian mendapatkan kemarahan Allah SWT dan kemudian dibinasakan oleh-Nya.

Sebab dibinasakannya kaum ini, dari Al Qur’an Surat As Syu’araa Ayat 176-177, diketahui karena penduduk tersebut telah mendustakan para rasul dan juga mereka tidak bertakwa kepada  Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Surat As Syu’araa Ayat 176-177: “Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul ketika Syu’aib berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?”

Ashabul Aikah memiliki arti penyembah pohon. Selain menyembah pohon, kaum ini juga menyembah berhala yang mereka yakini sebagai peninggalan atau warisan nenek moyang.

Untuk itulah, Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib AS agar mengajak kaum tersebut untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, melarang menyembah pohon Aikah, dan memerintahkan mereka untuk berbuat adil dan tidak berbuat zalim.

Kaum ini sebagaian besar masyarakatnya berprofesi sebagai pedagang. Mereka sering mengurangi hak orang lain dalam timbangan. Bahkan sengaja  membeli hasil panen dan kemudian ditimbun pada gudang. Dan saat musim paceklik datang, mereka akan menjualnya dengan harga yang begitu mahal.

Nabi Syu’aib pun terus menasihati kaum tersebut, Dan Syu’aib berkata; “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan secara adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak meraka dan janganlah kamu membuat kesrusakan di muka bumi dan membuat kerusakan”.

Namun penyampaian Nabi Syu’ai ln juatru dianggap angin lalu. Kaum Aikah menganggap apa yang disampaikan Nabi Syu’aib hanya sebuah cerita. “Wahai Syu’aib, cerita yang engkau omongkan itu hanyalah dongeng penghantar tidur yang sulit kami percaya”.

Meski begitu, Nabi Syu’aib  selalu berdoa agar Allah SWT membukakan pintu hati kaumnya. Hingga sebagian kaumnya tersebut menyadari akam kesalahannya. Tatapi sebagian besar lainnya belum menyadari perbuatannya.

Bahkan, kaum Aikah yang tetap tidak menerima ajaran Nabi Syu’aib begitu marah dan mengeluarkan berbagai cacian kepada Nabi Syuaib.  Bahkan mereka berkata: Wahai Syu’aib, pergilah dari Negeri Madyan ini beserta pengikutmu, dan kami tidak akan menyembah Allah jika engkau memang seorang rasul, maka mintalah kepada Allah agar diturunkan azab itu”, seperti yang disebutkan dalam QS. As-Syuara ayat 187.

Nabi Syu’aib As beserta pengikutnya kemudian  pergi meninggalkan kaum tersebut dan daerah yang ditinggali kaum Aikah. Setelah itu, Allah SWT menunjukkan keagungannya.

Terjadi keanehan di langit. Awan yang sebelumnya biru menjadi hitam. Bahkan, awan hitam itu menimbulkan hawa panas yang sangat menyengat disertai suara guntur yang menggelegar. Sampai akhirnya, binasalah kaum tersebut.

Hal ini juga diabadikan dalam QS. Al-‘Araf Ayat 91, “Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka”

Terdapat sejumlah pendapat tentang penduduk Aikah ini. Menurut ulama tafsir dan pengarang kitab tarikh Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, ada yang berpendapat Aikah adalah Madyan. Kemudian , ada juga yang berpendapat keduanya merupakan kaum berbeda. Sebab, azab yang diturunkan juga berbeda.

Qatadah dan beberapa ulama tafsir lain juga menilai penduduk Madyan dan Aikah berbeda. Dalam firman Allah SWT pada Surat Asy Syu’araa, tidak disertakan akhuhum Syuaib (saudara mereka sendiri) seperti penduduk Madyan. Dalam surat tersebut hanya dikatakan Syu’aib.

Azab yang diterima kaum Aikah juga berbeda. Penduduk Madyan diazab Allah SWT dengan gempa dan suara yang dahsyat. Sedangkan penduduk Aikah diazab hari gelap.

Di sisi lain, pendapat Qatadah dinilai oleh Ibnu Katsir merupakan pendapat yang lemah. Hal ini didasarkan oleh dua dalil. Pertama, tidak disebutkannya kata “saudara pada firman Allah, “Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul: ketika Syu’aib berkata kepada mereka…” karena penisbatan mereka kepada berhala yang bernama Aikah.

Sebaliknya, jika firman tersebut dinisbatkan kepada nama kabilah (penduduk Madyan) maka, kata Ibnu Katsir, tidak ada salahnya jika Syu’aib disebutkan sebagai saudara mereka karena berasal dari kota yang sama.

Dalil kedua, jika merujuk pada jenis azab yang diberikan Allah SWT berbeda, menurut Ibnu Katsir, hal tersebut tidaklah realistis. Tidak ada ulama lain yang berpendapat demikian.

Al-Hafizh Ibnu Asakir saat menuliskan biografi Nabi Syu’aib AS melalui jalur sampai Abdullah bin Amru secara marfu menjelaskan bahwa penduduk Madyan dan Aikah merupakan umat yang berbeda.Allah SWT hanya mengutus Nabi Syu’aib untuk dua kaum itu adalah pendapat yang lemah. Hadis ini sanad-nya lemah, sehingga dinilai gharib. (as/hel)

Ashabul Aikahkajian Islamkaum dibinasakan Allahkaum Nabi Syu'aibsejarah Islam