JATIMTIMES – Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah SAW tentang seorang pemuda Yahudi mengaku dirinya  Dajjal. Dan dalam setiap percakapannya, dia selalu membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kegaiban. 

Kisah pemuda Yahudi yang mengaku sebagai Dajjal tersebut juga termaktub dalam Shahih Muslim dalam Kitab Al-Fitan wa Asyrath As-Sa’ah, Bab Dzikru Ibni Shayyad.

Diolah dari berbagai sumber, Umar Sulaiman Al Asyqar menceritakan kisah ini dalam Qashash Al Ghaib Fii Shahih Al Hadits an-Nabawi dengan bersandar pada hadis yang dikeluarkan Imam Bukhari dalam shahih-nya dari Ibnu Umar dalam Kitab Al-Jihad wa As-Siyar.

Sosok pemuda itu bernama Ibnu Shayyad. Sosoknya pun kemudian masyur sampai terdengar oleh Rasulullah SAW.  

Rasulullah SAW bersama para sahabat pun kemudian mencari Ibnu Shayyad. Dalam pencarian Rasulullah, Ibnu Shayyad kemudian ditemukan tengah berkumpul dengan golongannya di sebuah benteng di Madinah yang disebut-sebut milik Bani Maghalah.

Baca Juga  Tata Cara dan Waktu yang Tepat Melaksanakan Salat Gerhana Bulan 

Bertemu dengan Ibnu Shayyad, Rasulullah SAW kemudian menepuk pundaknya. Rasulullah kemudian langsung bertanya kepada Ibnu Shayyad, apakah ia beriman bahwa beliau sebagai utusan  Rabb alam semesta?

Ibnu Shayyad kemudian menjawab, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan bagi orang-orang Arab”. Ibnu Shayyad mengakui bahwa Rasulullah hanya diutus untuk orang-orang Arab. 

Kemudian, ia kembali bertanya kepada Rasulullah apakah beliau beriman kepada dirinya sebagai utusan yang datang dari Rabb alam semesta.

Rasulullah SAW kembali bertanya kepada Ibnu Shayyad. Ibnu Shayyad menjawab, “Aku melihat singgasana di atas air.” 

Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Engkau melihat singgasana iblis di atas laut, bagaimana pendapatmu?”

Ibnu Shayyad berkata, “Aku melihat dua orang jujur dan seorang dusta; atau dua orang dusta dan satu orang jujur.”

Baca Juga  Ustaz Adi Hidayat Sarankan Jangan Sering Makan Buah Ini, Bisa Jadi Penghalang Masuk Surga

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Shayyad, menurut Rasulullah, adalah sebuah hal yang rancu. Ibnu Shayyad, menurut Rasulullah, mencampuradukkan kebenaran dan kedustaan. Rasulullah SAW pun bersabda kepadanya: “Urusanmu telah campur aduk.”

Ibnu Shayyad tidaklah merasa takut dengan kehadiran Rasulullah SAW dan para sahabat. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan, Ibnu Shayyad memiliki kepribadian yang kuat meskipun jelas dia penuh dengan kepribadian yang sesat, kerancuan, dan kerusakan. 

Umar bin Khaththab pun sampai geram dengan perkataan Ibnu Shayyad. Bahkan, ia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk memberikan hukuman dengan menebas leher Ibnu Shayyad.

Perihal sosoknya yang mengaku Dajjal, Rasulullah SAW bersabda, “Jika dia adalah Dajjal, maka engkau tidak akan mampu mengatasinya. Sedangkan jika dia bukan Dajjal, maka tidak ada baiknya bagimu untuk membunuhnya.”