Kisah Predator Seks: Coreng Muka Kepolisian

Predator seks yang pernah jadi perwira polisi (bbc)

INDONESIAONLINE – Kisah predator seks bernama Adam Provan kembali mencuat di berbagai media internasional. Kekejian Provan yang merupakan perwira polisi terhadap para korbannya telah mencoreng muka kepolisian Inggris.

Kisah ini juga sekaligus mengangkat perjuangan para penyintas kekerasan seksual dalam mencari keadilan saat berhadapan dengan pelaku yang notebane adalah pengayom dan pelindung masyarakat.

Provan melakukan berbagai pemerkosaan sejak 2003 hingga 2010. Eks perwira polisi asal Newmarket di Suffolk, Inggris ini akhirnya dijatuhi hukuman 16 tahun penjara dengan tambahan delapan tahun penjara di Pengadilan Wood Green Crown untuk kejahatan yang dilakukan lebih dari satu dekade lalu.

Korban Provan

Lauren Taylor di usia 16 tahun adalah korban Provan di tahun 2010. Provan mengajaknya kencan di bioskop dan berbohong dengan usia sebenarnya. Saat kencan sang predator seks ini membawa Lauren ke sebuah hutan di Romford, London Timur, dan memperkosanya.

Provan tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan setelah melakukan kekejiannya itu. Bahkan ia sempat membelikan Lauren milkshake setelah memperkosanya untuk pertama kalinya.

“Saya benar-benar lumpuh karena teror itu,” ucap Lauren dilansir BBC.

Hanya dengan berpura-pura, lanjutnya, pemerkosaan itu tidak pernah terjadi, saya berhasil melewati trauma itu.

Selama menjalani fase penyembuhan dari trauma pemerkosaan ia akhirnya siap melaporkan kejahatan Provan ke kepolisian.

Lauren pun menyampaikan ia ingin membagikan kisahnya untuk mendorong orang lain untuk maju saat menghadapi situasi seperti itu.

“Butuh banyak keberanian dan kekuatan bagi saya untuk melapor ke polisi. Sejujurnya, saya merasa tidak kuat. Tapi saya merasa satu-satunya yang bisa berbuat adalah saya sendiri,” ucap Lauren yang kini telah berusia 29 tahun ini.

Dalam pernyataan dampak korban yang dibacakan di pengadilan, ia menjelaskan bahwa hubungannya telah hancur akibat pemerkosaan dan dampak dari memberikan kesaksian, ia mengalami “kilas balik dan serangan panik”.

“Saya tahu kebenarannya, dan itulah satu-satunya hal yang membuat saya terus maju,” tegasnya.

Korban berikutnya adalah sesama polisi Metropolitan. Di kasus ini, sang polisi perempuan bahkan menyampaikan dilecehkan dan diperkosa Provan bertahun-tahun sebelum kasus Lauren mencuat.

Tapi, ia adalah perempuan yang mungkin seperti kebanyakan kaumnya saat menghadapi kekerasan seksual dari lelaki dengan jabatan di atasnya. Dia dipaksa untuk diam dan diintimidasi.

“Saya korban, tetapi merasa seperti tersangka. Saya diintimidasi dan menjadi korban di tempat kerja,” ucapnya.

Predator Seks Hampir Lolos

Tiga kali Provan disidang dalam kasus pemerkosaan. Persidangan pertama Provan berakhir dengan keputusan juri yang tidak setuju.

2018, di sidang kedua, ia dinyatakan bersalah atas dua tuduhan pemerkosaan dan dipenjara selama sembilan tahun.

Dia dipecat dari Kepolisian Metropolitan pada tahun 2019, tetapi hukumannya kemudian dibatalkan di tingkat banding.

Selama persidangan ketiga tahun ini, pengadilan mendengar bahwa seorang petugas telah memberi tahu pimpinan kepolisian bahwa Provan telah memperkosa dan melecehkannya bertahun-tahun sebelum kasus Lauren.

Hakim Lucas yang menyidang perkara itu menyebut perbuatan Provan sangat mengerikan dan mengejutkan. Ia juga menyebut, Provantelah menunjukkan sifat darah dingin saat melakukan pemerkosaan pada korbannya.

Hakim Lucas juga mengkritik kepolisian atas kasus yang dialami petugas wanita. Ia tegas menyebut kepolisian leboh peduli menjaga salah satu anggota mereka sendiri daripada menanganinya dengan serius. Jika penyelidikan dilakukan, ucapnya, Lauren mungkin tidak akan diperkosa.

Selama persidangan, juri juga mendengar perilaku predatoris Provan sudah ada sejak tahun 1990-an.

“Dengan tindakan Anda, Anda telah membuat nama baik polisi tercemar,” pungkas Lucas.

kisah predator sekspenyintas kekerasan seksualperwira polisipredator seks