INDONESIAONLINE – Florawisata Santerra de Laponte, objek wisata populer di Pujon, Kabupaten Malang, kini menjadi sorotan tajam setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang mempertanyakan kelengkapan perizinannya dan mengusulkan penyegelan.
Wacana penyegelan ini sontak memicu gelombang penolakan keras dari para pedagang dan pekerja lokal yang menggantungkan hidupnya pada operasional wisata tersebut.
Sulis, salah seorang pedagang di kawasan wisata Santerra, mengungkapkan keberatannya terhadap rencana penyegelan. Menurutnya, keberadaan Santerra telah menjadi pilar ekonomi bagi warga Desa Pandesari dan sekitarnya. Ia mengaku penghasilannya dari berdagang di lokasi wisata tersebut menjadi tulang punggung keluarga.
“Di sini ada sekitar 31 ruko di sekitar parkiran, belum lagi pekerjanya. Kalau misal disegel, mau cari makan di mana?” ungkap Sulis dengan nada cemas saat ditemui Jumat (13/6/2025).
Sulis menambahkan, hasil perdagangannya bahkan telah membantu biaya menyekolahkan anaknya hingga jenjang kuliah. Ia menjelaskan bahwa Florawisata Santerra membuka peluang kerja signifikan bagi warga setempat.
Lebih dari 50 warga Desa Pandesari tercatat bekerja langsung di dalam kawasan wisata, baik sebagai karyawan, pedagang, maupun ratusan penyedia jasa ojek lokal.
“Sekarang banyak yang akhirnya bisa punya penghasilan dari sini. Belum lagi lahan warga yang dulu tak terpakai, kini bisa disewa dan bermanfaat,” jelasnya, menyoroti dampak multi-sektoral wisata ini.
Ia juga menyayangkan desakan penyegelan yang datang dari anggota dewan. Sulis berharap pemerintah daerah dan DPRD lebih mempertimbangkan dampak sosial yang masif bagi masyarakat sekitar sebelum mengambil keputusan final.
“Harusnya mikir rakyat kecil dulu. Dewan kan dipilih rakyat untuk membela kami, bukan mematikan mata pencarian,” tegasnya.
Para pedagang berharap Pemerintah Kabupaten Malang dapat memproses perizinan operasional Wisata Santerra agar ekonomi warga di sekitar lokasi tetap berputar. Mereka merasa sangat terbantu dengan membludaknya wisatawan dari berbagai daerah, yang turut meramaikan dagangan mereka.
“Jadi tolong tidak sepihak mau disegel, mungkin kalau sampai disegel ya pedagang bisa protes,” tambah Sulis, mengisyaratkan potensi aksi penolakan lebih lanjut.
Sementara itu, Manager Operasional Florawisata Santerra De Laponte, Viqi Litiawan Cesi, membenarkan bahwa ratusan warga, mayoritas dari Desa Pandesari dan seluruh wilayah Pujon, telah dipekerjakan di Santerra. Ia juga menyayangkan potensi dampak sosial yang lebih besar bagi warga sekitar jika operasional wisata terhenti.
“Kalau sampai ditutup, juga kasihan yang kerja. Baik dari karyawan maupun UMKM yang ada, semuanya warga sekitar,” tutur Viqi.
Pihak manajemen dan para pedagang kini berharap ada jalan tengah yang dapat ditemukan, memastikan kepatuhan regulasi tanpa mengorbankan mata pencarian ratusan keluarga yang telah menggantungkan hidup pada Florawisata Santerra de Laponte. Perkembangan terkait nasib perizinan dan operasional objek wisata populer di Kabupaten Malang ini akan terus dipantau (pl/dnv).