Kluivert Pede, Mungkinkah Garuda Goyang Grup Neraka Kualifikasi Piala Dunia?

Kluivert Pede, Mungkinkah Garuda Goyang Grup Neraka Kualifikasi Piala Dunia?
Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert (bolasport)

Di tengah pesimisme peluang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 yang hanya 5%, pelatih Patrick Kluivert menunjukkan kepercayaan diri luar biasa. Analisis mendalam menyoroti mentalitas sebagai kunci di Grup B neraka melawan Arab Saudi dan Irak.

INDONESIAONLINE – Angka-angka tak berpihak pada Timnas Indonesia. Dengan hanya 5% peluang lolos otomatis ke Piala Dunia 2026, menurut kalkulasi FootyRankings, jalan Garuda di putaran keempat Kualifikasi Zona Asia tampak terjal, bahkan mungkin nyaris mustahil.

Namun, di tengah badai statistik pesimistis ini, sesosok pria berdarah Bugis berdiri tegak, memancarkan aura keyakinan yang menggetarkan: Patrick Kluivert.

Dalam dua laga krusial yang menanti di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Indonesia akan berhadapan dengan raksasa Timur Tengah, Arab Saudi (9 Oktober), dan Irak (12 Oktober)—dua tim yang dalam dua tahun terakhir secara konsisten membuktikan dominasinya di kancah Asia.

Ingatan pahit juga masih membayangi: Irak, misalnya, telah menjadi momok yang kerap mengungguli Indonesia dalam beberapa pertemuan terakhir. Sementara itu, Arab Saudi, dengan dukungan penuh sebagai tuan rumah, dipastikan akan menjadi lawan yang sangat mengintimidasi.

Situasi ini diperparah dengan keberadaan Graham Arnold, pelatih yang pernah merasakan kegagalan pahit melawan Shin Tae-yong saat Australia ditahan imbang 0-0 oleh Indonesia di Jakarta pada putaran sebelumnya. Ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan, bahkan bagi tim-tim papan atas sekalipun.

Kluivert: Antara Kepercayaan Diri dan Over Confidence

Namun, di balik semua tekanan dan probabilitas rendah itu, pengamat sepak bola Malaysia, Raja Isa Raja Akram Syah, melihat fenomena menarik pada diri Kluivert.

“Banyak lembaga survei statistik menganalisis peluang Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 sangat kecil. Jadi mustahil bisa lolos langsung. Tapi saya melihat Patrick Kluivert sangat percaya diri. Bahkan dia over confidence,” ujar Raja Isa, Selasa (7/10/2025).

Raja Isa, yang memiliki rekam jejak panjang melatih klub-klub Indonesia seperti Persipura Jayapura dan PSM Makassar, mengaku telah mengamati bahasa tubuh Kluivert sejak laga uji coba FIFA Matchday melawan Chinese Taipei dan Lebanon di Surabaya.

“Usai laga itu Patrick Kluivert mulai yakin game plan-nya bisa dijalankan dengan baik di babak keempat nanti. Spirit ini sangat bagus, karena bisa berpengaruh pada psikologis pemain,” jelasnya.

Fenomena “over confidence” yang disebut Raja Isa ini bisa jadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menyuntikkan motivasi berlipat dan menghilangkan rasa minder para pemain di hadapan lawan yang lebih diunggulkan. Namun, di sisi lain, jika tidak diimbangi dengan strategi yang matang dan realisme, bisa berujung pada kelengahan.

Data Historis dan Mentalitas sebagai Kunci

Merujuk pada data historis, tim Asia Tenggara memang jarang sekali menembus kualifikasi Piala Dunia secara otomatis. Sejak Piala Dunia 1938 ketika Hindia Belanda (sekarang Indonesia) menjadi satu-satunya wakil Asia, belum ada tim dari ASEAN yang berhasil lolos ke fase grup Piala Dunia tanpa melalui jalur play-off atau sebagai tuan rumah. Ini semakin menegaskan betapa monumentalnya tantangan yang dihadapi Kluivert dan skuad Garuda.

Namun, Raja Isa menolak menyerah pada angka. Ia meyakini bahwa di Grup B, peluang masih 50-50. “Saya yakin Timnas Indonesia, Arab Saudi, dan Irak sama-sama tegang menghadapi pertandingan nanti. Tim yang punya mental kuat akan jadi pemenangnya,” tegasnya.

Pernyataan ini bukan tanpa dasar. Dalam sepak bola modern, terutama di turnamen besar, faktor mental seringkali menjadi penentu. Tekanan dari suporter tuan rumah, ekspektasi tinggi, dan bobot pertandingan krusial dapat mempengaruhi performa pemain secara signifikan.

Misalnya, sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Sports Sciences (2018) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pra-pertandingan memiliki korelasi negatif dengan kinerja teknis pemain, terutama di bawah tekanan tinggi.

Indonesia sendiri memiliki rekam jejak menunjukkan kejutan ketika tidak diunggulkan. Ingat bagaimana mereka berhasil menahan imbang Australia atau tampil spartan melawan tim-tim kuat di Piala Asia. Kunci dari penampilan tersebut seringkali adalah mindset “tidak ada yang perlu hilang” dan kemampuan untuk bermain lepas dari tekanan.

“Psywar biasa dilakukan semua tim. Terutama tuan rumah Arab Saudi. Jika Timnas Indonesia tak peduli dengan semua ancaman psikologis itu, saya yakin para pemain akan tampil lepas dan mampu bikin kejutan,” tutup Raja Isa.

Di Jeddah, panggung telah disiapkan. Jutaan pasang mata akan tertuju pada skuad Garuda yang berada di ambang sejarah—atau mungkin, di jurang kenyataan pahit. Namun, dengan seorang Patrick Kluivert yang percaya diri, bahkan mungkin over confidence, bisa jadi inilah pemicu yang dibutuhkan Indonesia untuk menggoyahkan prediksi dan menciptakan narasi kejutan yang paling didambakan.

Pertanyaan besarnya: Apakah kepercayaan diri itu cukup untuk mengubah angka 5% menjadi realitas heroik? Hanya waktu yang akan menjawab (bn/dnv).