Kontestan Reality Show: Ditelanjangi, Hidup dengan Makanan Anjing Selama 15 Bulan

Nasubi peserta Reality Show asal Jepang, 1998 (Ist)

INDONESIAONLINE –  Pada tahun 1998, seorang pria Jepang bernama Tomoaki Hamatsu yang dikenal sebagai Nasubi, berpartisipasi dalam acara reality show televisi yang menyiksanya selama 15 bulan.

Ditelanjangi dan ditinggalkan sendirian di sebuah apartemen kosong dengan hanya pena, kartu pos, telepon, dan majalah, Nasubi harus bersaing dalam berbagai tantangan untuk memenangkan hadiah uang sebesar 1 juta yen atau sekitar Rp124 juta saat itu.

Kisah tragis Nasubi diulas kembali dalam film dokumenter The Contestant yang ditayangkan di Sheffield Documentary Festival. Film ini mengeksplorasi bagaimana Nasubi, yang saat itu berusia 22 tahun, dikekang dalam situasi yang kejam dan dipaksa untuk bertahan hidup dengan cara yang tidak manusiawi.

Pengalaman Mengerikan di Apartemen

Nasubi dipilih secara acak dalam audisi terbuka dan tidak mengetahui detail lengkap tentang tantangan yang akan dihadapinya. Dia ditinggalkan di ruangan tanpa jendela, tanpa pakaian atau kebutuhan pokok dan tidak memiliki kontak dengan dunia luar.

Seiring waktu, Nasubi memenangkan berbagai tantangan, namun hadiahnya tidak selalu berguna dan bahkan membahayakan. Dia menerima ban, bola golf, tenda, globe, boneka beruang, dan bahkan tiket menonton “Spice World: The Movie”.

Lebih parah lagi, Nasubi dipaksa untuk makan makanan anjing dan minuman manis untuk bertahan hidup selama beberapa minggu. Dia juga telanjang selama seluruh pertunjukan karena tidak pernah memenangkan pakaian yang layak pakai.

Kondisi Nasubi yang semakin lemah dan tertekan tampaknya tidak dipedulikan oleh para produser. Salah satu produser bahkan menyatakan dalam film dokumenter bahwa Nasubi “bisa saja meninggal” jika dia tidak memenangkan hadiah beras.

Pintu Terbuka, Tapi Nasubi Tetap Terjebak

Pintu apartemen Nasubi tidak dikunci dan dia secara teori diizinkan pergi kapan saja. Namun, beberapa faktor membuatnya tetap terjebak dalam situasi yang mengerikan ini.

Pertama, Nasubi memiliki sifat yang sabar dan patuh. Dia dibesarkan di Fukushima dengan orang tua yang tegas dan tidak ingin membuat masalah. Selain itu, dia masih muda dan naif, dan mungkin tidak memahami sepenuhnya konsekuensi dari tindakannya.

Kedua, Nasubi mungkin terinspirasi oleh semangat Samurai Jepang yang menekankan ketekunan dan ketahanan. Dia mungkin bertekad untuk menyelesaikan tantangan dan membuktikan bahwa dia bisa bertahan hidup dalam situasi yang ekstrem.

Pengalaman traumatis di Apartemen menandai hidup Nasubi selamanya. Dia menggambarkan pertunjukan itu sebagai “kejam” dan menyatakan bahwa “tidak ada kebahagiaan dan kebebasan”.

“Mungkin tiga atau lima menit seminggu dalam hidup saya [ditayangkan]. Dan itu diedit untuk menonjolkan kebahagiaan saya saat saya memenangkan [hadiah],” katanya kepada Deadline.

“Tentu saja, pemirsa akan berkata ‘Oh lihat, dia melakukan sesuatu yang menyenangkan dan dia nikmati…’ Tetapi sebagian besar hidup saya adalah penderitaan.”

Meskipun dia tidak ingin mengulanginya, Nasubi mengakui bahwa pengalaman itu telah membentuknya menjadi orang seperti sekarang. Dia telah mencoba menggunakan ketenarannya untuk tujuan baik dan menemukan kedamaian dengan apa yang telah terjadi.

Film Dokumenter dan Pertanyaan Etika

Film dokumenter The Contestant memicu pertanyaan tentang batas etika dalam acara hiburan. Bagaimana mungkin penonton mentoleransi format sekejam ini? Sejauh mana tanggung jawab industri televisi dan penonton atas penderitaan Nasubi?

Film ini mendorong refleksi tentang hubungan kita dengan media sosial dan acara reality show. Kita harus menyadari bagaimana konsumsi dan keterlibatan kita dapat memengaruhi kehidupan orang lain dan mempertimbangkan konsekuensi dari hiburan yang kita pilih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *