Kyai Udan Mas: Pusaka Simbol Berkah dan Transparansi di Tangan Menteri Keuangan

Kyai Udan Mas: Pusaka Simbol Berkah dan Transparansi di Tangan Menteri Keuangan
KRA Rivo Cahyono Setyonegoro, seorang kolektor dan pelestari pusaka Nusantara, menyerahkan pusaka bernama Kyai Udan Mas kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa (jtn/io)

KRA Rivo Cahyono menyerahkan pusaka Kyai Udan Mas kepada Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, bukan gratifikasi, melainkan simbol pelestarian budaya dan doa untuk Indonesia Emas 2045, didokumentasikan resmi dan dilaporkan ke KPK.

INDONESIAONLINE – Dalam sebuah simpul pertemuan budaya yang jauh dari sorotan birokrasi kaku, kolektor dan pelestari pusaka Nusantara terkemuka, KRA Rivo Cahyono Setyonegoro, melakukan sebuah gestur signifikan: menyerahkan pusaka bernama Kyai Udan Mas kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa. Peristiwa ini, yang berlangsung di Surabaya, bukan sekadar penyerahan benda pusaka, melainkan sebuah deklarasi budaya yang menggema hingga koridor transparansi publik.

Di balik kejadian ini, mengungkap lapisan makna yang melampaui seremoni belaka. Penyerahan ini, ditegaskan Rivo, adalah manifestasi penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, bukan dalam konteks personal apalagi jabatan. Sebuah penekanan penting mengingat sensitivitas isu gratifikasi di ranah pejabat publik.

“Saya menyerahkan Pusaka Kyai Udan Mas kepada Bapak Purbaya sebagai bentuk penghargaan terhadap kecintaan beliau pada budaya Nusantara. Ini simbol pelestarian, bukan gratifikasi atau pemberian pribadi,” ujar KRA Rivo Cahyono, pendiri Yayasan dan Koperasi UMKM Ethnic Indonesia Sejahtera, sebuah entitas yang secara konsisten berjuang untuk kebangkitan ekonomi berbasis budaya.

Penegasan ini diperkuat dengan komitmen Rivo untuk mendokumentasikan hibah secara resmi dan melaporkannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesuai ketentuan perundang-undangan. Langkah ini bukan hanya pro-transparansi, tetapi juga upaya edukasi publik mengenai perbedaan esensial antara hibah budaya dan gratifikasi tersembunyi.

Kyai Udan Mas: Lebih dari Sekadar Logam dan Pamor

Pusaka Kyai Udan Mas bukanlah artefak biasa. Nama “Udan Mas” (Hujan Emas) pada pamornya, dalam filosofi Jawa, melambangkan turunnya berkah, kesejahteraan, dan ketenteraman hidup. Rivo berharap, nilai spiritual intrinsik ini menjadi sebuah doa bagi kepemimpinan Menteri Purbaya dalam mengemban amanah menuju cita-cita ambisius Indonesia Emas 2045.

“Nilai dari pusaka ini adalah doa agar bangsa ini selalu diberkahi kemakmuran dan kedamaian. Saya percaya beliau mampu menjaga semangat itu dalam pengabdian kepada negara,” lanjut budayawan sekaligus pengusaha PT. Pusaka Garuda Hitam ini.

Pusaka ini sendiri merupakan warisan dari guru spiritual Rivo, yang selama ini dirawat sebagai simbol ketulusan dan doa bagi kemakmuran kolektif.

Menteri Purbaya, dalam apresiasinya, menggarisbawahi pentingnya inisiatif semacam ini. “Budaya adalah fondasi moral bangsa. Upaya seperti ini perlu terus kita dukung bersama,” tuturnya, mengakui bahwa pelestarian pusaka adalah bagian integral dari pembangunan karakter dan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.

Sinkronisasi Visi: Budaya dan Ekonomi Berkelanjutan

Pertemuan ini bukan hanya seremonial. Tapi ada juga diskusi mendalam mengenai strategi pelestarian pusaka dan penguatan ekonomi berbasis budaya lokal. Rivo, melalui yayasannya, Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi, telah lama aktif dalam edukasi budaya, lelang pusaka, dukungan UMKM, hingga beasiswa empu muda.

Ini menunjukkan bahwa visinya tidak berhenti pada penyerahan benda, tetapi merangkum ekosistem pelestarian yang holistik. “Saya berharap pembangunan ekonomi ke depan tetap berpihak pada rakyat kecil dan pelaku budaya lokal. Itu kunci agar bangsa ini seimbang antara kemajuan ekonomi dan keluhuran budaya,” pungkas Rivo, menyoroti urgensi sinergi antara kebijakan ekonomi dan keberpihakan pada akar budaya.

Penyerahan Kyai Udan Mas kepada Menteri Purbaya bukan sekadar peristiwa lokal di Surabaya. Ia adalah metafora untuk sebuah gerakan yang lebih besar: pelestarian warisan yang transparan, doa untuk kepemimpinan yang berintegritas, dan visi untuk Indonesia yang makmur dan damai, di mana nilai-nilai luhur dan semangat gotong royong tetap menjadi denyut nadi kemajuan bangsa (mbm/dnv).