INDONESIAONLINE – Bertekstur lembut dan berbentuk bulat dengan aneka rasa, bakpao merupakan camilan hangat yang cocok dinikmati bersama secangkir teh dan kopi.

Keberadaan bakpao seperti yang kita kenal dalam khasanah kuliner Indonesia tidak lepas dari tradisi kuliner Tionghoa. Dialek bakpao sendiri berasal dari bahasa Hokkien. Sedangkan orang Hakka atau Khek menyebutnya Nyukppao atau Yungppao, artinya sama yaitu daging yang dibungkus.

Popularitasnya tidak hanya di negara asalnya, tetapi juga di negara lain. Termasuk Indonesia. Di Kediri, jajanan ini cukup mudah ditemukan.

Seperti bakpao Kim Yen, pangsit yang sudah dikenal kelezatannya sejak 48 tahun lalu. Hingga saat ini, bakpao yang kenyal dan padat ini masih bisa dinikmati hangat dan rasanya masih sama.

Bakpao Kim Yen yang sudah melegenda di Kediri, pasti sudah tidak asing lagi dengan makanan tradisional China yang satu ini. Karena siomay Kim Yen sudah ada di Kota Tahu ini sejak tahun 1974.

Pemilik bakpao generasi kedua Kim Yen, Heri Wahyu Surono (43) menuturkan, usaha ini awalnya dirintis oleh almarhum ayah saya Aruman sejak tahun 1974. Kediri adalah tempat awal mula pembuatan bakpao Kim Yen. Sebelum dibawa ke Kediri oleh Aruman, bakpao Kim Yen ini sebelumnya sudah ada di daerah Surabaya.

“Dulu bakpao milik Kim Yen milik seorang warga Tionghoa yang tinggal di Surabaya. Sedangkan ayahnya adalah seorang pegawai di bagian pengolahan di perusahaan tersebut,” jelas Heri.

Heri menuturkan setelah beberapa tahun mengabdi di sana, sekitar tahun 1974 tempat ayahnya bekerja, beralih dari bisnis makanan ke bisnis otomotif dan membuka showroom kendaraan. Akibat keputusan perusahaan tersebut, beberapa karyawannya harus berhenti. Termasuk Aruman dan dua temannya dari Surabaya dan Mojokerto.

“Ketiga karyawan tersebut kemudian diberikan kelompok masing-masing dan diperbolehkan untuk melanjutkan usaha pembuatan dan penjualan bakpao dengan tetap menggunakan merek Kim Yen. Pemiliknya juga mengingatkan agar ketiga karyawan tersebut terus mengembangkan bisnis pangsit Kim Yen,” jelas ayah nomor tiga dari lima bersaudara. itu.

Aruman yang lahir di Jombang ini sebelumnya mengontrak rumah di Desa Banjaran. Kemudian sekitar tahun 1978 pindah ke Jl Letjen Suprapto gang 2 no 17 Desa Burengan, Kota Kediri. Dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit, usaha penjualan bakpao Kim Yen yang diwarisi Aruman dari bosnya mulai diterima oleh masyarakat luas.

Bakpao Kim Yen sudah melegenda di Kediri. Karena makanan tradisional China ini masih eksis selama 48 tahun terakhir. Heri Wahyu Surono, anak ketiga dari lima bersaudara, melanjutkan usaha tersebut sejak ayahnya meninggal sekitar tahun 1999. Lambat laun Heri menguasai cara mengolah bahan menjadi makanan yang dimasak dan juga menjualnya dengan cara jemput bola (berkeliling menggunakan rombong).

“Ilmu membuat bakpao diturunkan ke semua anaknya oleh bapak saya,” kata Heri.

Terbukti, bakpao Kim Yen masih digemari masyarakat Kediri hingga saat ini. Rata-rata setiap hari, Heri menghabiskan 100 kg tepung terigu untuk membuat 15.000 bakpao dengan 5 isian berbeda. Yaitu isi kacang hijau, strawberry, coklat, ayam dan kacang tanah.

“Saya punya lima penjual keliling yang masing-masing saya jual Rp 3.500 rupiah. Apalagi saat musim hujan 1500 bakpao habis terjual setiap hari,” jelas Heri.

Ternyata di bisnis pangsit ini, Heri punya cara khusus untuk menjaga agar bakpao Kim Yen tetap hidup. Salah satunya dengan menjaga resep dan teknik memasak bakpao. Yaitu dengan menggunakan cara manual dengan menghindari penggunaan bahan pengawet dan pengembang roti.

“Dumpling-nya kebanyakan lembut. Buatan saya pangsitnya padat dan kenyal. Karena bahannya tidak menggunakan pengawet atau fermentor,” jelasnya.

Teknik pemasaran khas Bakpao Kim Yen juga dipertahankan hingga saat ini. Menggunakan gerobak dorong. Setiap gerobak dilengkapi dengan panci kukusan dengan tutup berbentuk kerucut, serta kotak kaca untuk menyimpan roti.

“Saya mempertahankan ciri khas Kim Yen Bakpao. Makanya saya tidak buka toko atau jualan motor,” kata Heri.

Menikmati Kim Yen Bakpao seperti mengenang masa kecil. Seperti Rino (30). Ia mengaku sebagai penikmat Kim Yen Bakpao sejak kecil.

“Dulu, orang tua saya membelikan Kim Yen Bakpao. Kadang saya pergi ke penjual keliling, kadang ke penjual yang nongkrong di tempat ramai. Gerobaknya masih sama sampai sekarang,” ujarnya.

Menurut Rino, bakpao Kim Yen sudah menjadi legenda di Kediri. Karena Kim Yen menjadi bakpao pertama yang ia kenal di Kota Tahu. Rasa bakpao Kim Yen membuatnya menjadi penikmat setia.

“Karena rasanya enak dan konsisten sampai sekarang,” ujarnya.