INDONESIAONLINE – Rentetan kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan oknum dokter di berbagai daerah memicu keprihatinan serius dari Kementerian Kesehatan. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono menyatakan penyesalannya atas kejadian-kejadian tersebut dan mengumumkan rencana langkah antisipatif berupa tes psikologi wajib bagi calon dokter.
Usulan ini mengemuka sebagai respons atas mencuatnya sejumlah kasus yang viral di publik belakangan ini. Beberapa di antaranya termasuk dugaan pelecehan oleh dokter kandungan di Garut, dugaan pemerkosaan oleh dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) anestesi, hingga dugaan pelecehan seksual oleh oknum dokter di sebuah rumah sakit swasta di Kota Malang.
“Kami sangat menyesalkan banyaknya kasus dokter yang melanggar etika di sejumlah wilayah,” ujar Dante saat melakukan kunjungan kerja di Puskesmas Janti, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Untuk mencegah terulangnya insiden serupa, Kemenkes berencana menerapkan tes psikologi spesifik yang dikenal sebagai Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) dalam proses penjaringan calon dokter.
“Ini (MMPI) nanti akan mengetahui apakah yang bersangkutan mengalami atau mempunyai gangguan psikologis atau tidak,” jelas Dante.
MMPI dikenal sebagai instrumen asesmen psikologis yang valid dan reliabel untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, termasuk stabilitas emosi, kecenderungan psikologis, dan pola perilaku. Tes ini lazim digunakan dalam penilaian klinis maupun penempatan karier.
Menurut Dante, hasil tes MMPI akan menjadi pertimbangan krusial. Jika seorang calon dokter terindikasi memiliki masalah psikologis yang membuatnya tidak cocok menjalankan profesi tersebut, Kemenkes tidak akan ragu untuk menolaknya, sekalipun calon tersebut memiliki kemampuan akademis yang mumpuni.
Ia juga mengakui bahwa tes psikologis semacam ini belum menjadi standar dalam seleksi dokter selama ini. “Selama ini gak ada tes psikologis seperti itu. Gak ada,” tegasnya.
Selain penerapan tes MMPI, Dante menambahkan bahwa Kemenkes juga akan terus melakukan pembinaan etika melalui organisasi profesi dan memperkuat sistem pendidikan kedokteran.
“Kita bekerja sama juga dengan sistem pendidikan untuk memberikan pendidikan etika yang lebih baik,” pungkasnya (ir/dnv).