INDONESIAONLINE – Di balik gemerlap kemajuan teknologi dan budaya Korea Selatan, tersembunyi sisi kelam yang mengakar dalam: keberadaan sekte-sekte sesat. Salah satu yang paling terkenal adalah Gereja Unifikasi, atau yang dikenal sebagai Moonies.

Didirikan oleh Sun Myung Moon pada tahun 1954, sekte ini telah lama menuai kontroversi dan meninggalkan jejak luka bagi para pengikutnya.

Akar Ideologi dan Doktrin Kontroversial

Moon, pendiri sekte ini mengaku menerima wahyu dari Tuhan dan mendirikan Gereja Unifikasi sebagai solusi bagi masalah dunia. Ajaran sekte ini berpusat pada pernikahan massal yang disebut “Penyatuan Suci”, di mana pasangan dijodohkan oleh Moon tanpa persetujuan mereka.

Tujuannya adalah untuk menciptakan “keluarga ideal” dan melahirkan “anak-anak Tuhan”.

Doktrin Moonies diwarnai dengan kontroversi. Mereka percaya bahwa Moon adalah Mesias kedua dan bahwa pernikahan massal adalah kunci untuk mencapai perdamaian dunia. Para pengikut diharuskan untuk berdonasi besar-besaran dan bahkan menjual properti mereka untuk mendukung sekte ini.

Baca Juga  Moderasi Beragama, Dosen UIN Maliki Malang Sampaikan Kajian Keislaman di Korea Selatan

Di balik fasad pernikahan massal dan perdamaian dunia, tersembunyi praktik eksploitasi dan manipulasi pengikut. Para pengikut dipaksa untuk bekerja tanpa gaji, diisolasi dari keluarga dan teman, dan bahkan mengalami pelecehan fisik dan mental. Banyak yang terjerumus dalam hutang besar akibat donasi yang dipaksakan.

Mantan pengikut Moonies banyak yang menceritakan pengalaman traumatis mereka. Mereka dipaksa untuk meninggalkan keluarga, pendidikan, dan karir mereka demi sekte ini. Banyak yang mengalami depresi, kecemasan, dan bahkan PTSD akibat kontrol ketat dan manipulasi yang mereka alami.

Sekilas Pendiri Sekte Sesat Moonies

Sun Myung Moon, terlahir sebagai Moon Yong-myeong pada 1920 di Korea (sekarang Korea Utara), adalah sosok yang memicu kontroversi di panggung dunia. Ia dikenal sebagai pendiri Gereja Unifikasi, sebuah gerakan keagamaan yang memiliki banyak pengikut namun juga menuai kecaman.

Baca Juga  Polisi Usut Puluhan Kasus yang Terjadi dalam Jambore Pramuka Dunia di Korsel

Riwayat awal kehidupan Moon diselimuti ketidakjelasan. Ia mengklaim menerima wahyu pertamanya pada usia 15 tahun, di mana ia merasa ditunjuk oleh Tuhan untuk menjadi Mesias kedua dan menyelesaikan misi yang belum terselesaikan oleh Yesus.

Pada 1954, Moon mendirikan Gereja Unifikasi di Korea Selatan. Ajarannya memadukan unsur Kristen dengan interpretasi baru, serta kepercayaan bahwa ia dan istrinya, Hak Ja Han, adalah “Adam dan Hawa yang Sempurna”.

Gereja Unifikasi terkenal dengan praktik “Penyatuan Suci”, yaitu pernikahan massal yang kontroversial. Pasangan akan dijodohkan oleh Moon, tanpa mengenal satu sama lain sebelumnya. Upacara ini diyakini Moon sebagai simbol persatuan umat manusia dan langkah menuju perdamaian dunia.

Sun Myung Moon meninggal pada 2012. Meskipun kontroversi tak pernah padam, Gereja Unifikasi masih berdiri dan memiliki pengikut di berbagai negara. Mereka terus menggelar pernikahan massal dan aktif dalam kegiatan keagamaan serta bisnis.