Mengenal Suku Dani Papua yang Miliki Tradisi Ekstrem Potong Jari 

Mengenal Suku Dani Papua yang Miliki Tradisi Ekstrem Potong Jari 
Mengenal Suku Dani Papua yang Miliki Tradisi Ekstrem Potong Jari 

INDONESIAONLINE –  Indonesia memiliki jutaan tradisi di dalamnya. Setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang berbeda dengan daerah lain, baik dari segi pelaksanaannya maupun maknanya. Salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan tradisi adalah di tanah Papua.

Papua merupakan sebuah pulau dengan ribuan suku dan tradisi yang terkandung di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah suku Dani dan suku Asmat merupakan suku asli Papua.

Khusus suku Dani sebagai suku asli Papua memiliki berbagai macam tradisi yang diwarisi dari nenek moyang sebelumnya.

Salah satu tradisi suku Dani yang paling ekstrem dan bisa dibilang berbahaya adalah tradisi potong jari atau tonjolan ike.

Dilansir dari akun Tiktok @kamutahugakofficial, jari yang dipotong menunjukan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal. Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan.

Menurut anggota suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan.

Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan.

Bagian tubuh tersebut juga menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu bahasa, satu sejarah dan satu asal. Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan “Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”.

Jika digabungkan, bentuk dan panjang jari memiliki kesatuan dan kekuatan untuk meringankan beban semua pekerjaan. Masing-masing jari bekerja sama sehingga tangan dapat berfungsi dengan sempurna. Jika kehilangan salah satunya, itu berarti kebersamaan dan kekuatan akan berkurang.

Biasanya anggota suku Dani akan menggunakan kapak atau pisau tradisional untuk memotong jarinya.

Terkadang, mereka mengikat jari dengan seutas tali selama beberapa waktu sampai aliran darah berhenti. Ketika aliran darah telah berhenti barulah pemotongan jari dilakukan.

Selain bantuan benda tajam, suku Dani juga terbiasa memakai gigi untuk memotong jari. Mereka akan menggigitnya hingga putus.

Rasa sakitnya memang tidak bisa dibayangkan. Namun, sebagai tanda kesetiaan, hanya ini yang dapat mereka lakukan.

Seiring dengan berkembangnya zaman, tradisi Iki Palek kini sudah mulai menghilang akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan agama.

Meski begitu, di antara anggota suku Dani masih bisa ditemui orang-orang tua yang telah kehilangan jari-jari sebagai bagian dari tradisi Iki Palek. Bahkan, ada yang kehilangan seluruh jarinya.

Sementara itu, meski laki-laki juga menjalankan tradisi itu, namun umumnya kaum laki-laki Suku Dani menjalani tradisi yang berbeda untuk mengungkapkan kesedihannya. Tradisi tersebut dilakukan dengan memotong kulit telinga mereka atau disebut sebagai nasu paleg.

Prosesinya pun cukup menyakitkan. Daun telinga seseorang dijepit dengan menggunakan dua bilah bambu tajam hingga terpotong dan mengeluarkan darah. Biasanya kaum laki-laki melakukannya sendiri atau dibantu oleh orang lain.